Dua Wanita Bersuami Dibu*uh oleh Pria Teman Kencannya di Hotel

Dua Wanita Bersuami Dibu*uh oleh Pria Teman Kencannya di Hotel

Ada ironi, perih dan juga rasa malu yang mengiringi “kepergian” dua perempuan bernama Puspita dan Mona. Keduanya perempuan bersuami, tapi hidup mereka berakhir tragis. Nyawa mereka dilenyapkan laki-laki yang dikenal lewat aplikasi kencan berbayar. Di kamar hotel, usai melayani syahwat pria yang bukan suami mereka.

Puspita, warga Palembang, Sumatera Selatan. Usianya 22 tahun. Suaminya bernama AR. Pasangan ini sudah dikaruniai seorang anak berusia 1,8 tahun. Sabtu (11/10/2025) siang, Puspita mengantar suaminya ke tempat kerja, tapi tak segera pulang. Ia mampir di sebuah hotel usai membuat janji dengan seorang laki-laki bernama Febrianto.

Keduanya kenalan di aplikasi kencan berbayar. Tarif disepakati, Rp300 ribu. Pukul 16.00 WIB, Febri datang. Perempuan yang sedang hamil itu lalu melayani Febri. Setelah tuntas sekali, pria itu minta lagi. Tapi Anti menolak. Febri marah lalu menyumpal mulut korban menggunakan manset hitam.

“Korban dicekik, hingga tak bergerak. Tangannya diikat dengan jilbab warna pink,” jelas Kabid Humas Polda Sumsel Kombes Nandang Mukmin Wijaya, di depan pers usai pelaku tertangkap.

Usai membunuh dan menutup jasad dengan selimut kamar, Febri kabur ke Muara Padang, Banyuasin. Motor dan Ponsel Puspita ia bawa pergi.

Febri bersembunyi lima hari, sebelum akhirnya ditangkap pada Rabu (15/10/2025) malam. Ia diciduk tim Jatanras Polda Sumsel. Selama pelarian, Febri mengaku dihantui korban. Febri ditembak polisi di kaki kanannya karena melawan petugas dan berusaha kabur saat hendak ditangkap.

Apa reaksi sang suami? AR hanya bisa ikhlas dengan tragedi yang dialami istrinya. Meski ia sangat sakit hati dan juga malu. Diakuinya, rumah tangganya memang ada sedikit masalah belakangan ini, namun ia tidak menyangka akan berakhir seperti ini. “Saya malu, tapi bagaimanapun, dia istri saya. Saya masih sayang sama dia dan berharap pelaku dihukum berat,” ucapnya lirih.

***

Nun jauh di Sidrap, Sulawesi Selatan juga terjadi tragedi serupa, tapi lebih pilu. Mona, 34 tahun. Rumah tangganya dengan sang suami bernama AN sempoyongan gara-gara ekonomi. Laki-laki berusia 37 tahun itu tak punya pekerjaan tetap. Ia pasrah saat istrinya memilih pekerjaan gelap itu.

Keduanya tinggal di sebuah kamar wisma. Sudah tiga bulan, sampai menunggak sewa. Di kamar itu, Mona “buka praktik”. Lelaki hidung belang bisa memesan jasanya lewat aplikasi. Jumat, 5 September 2025 lalu, seorang pria Y memesan jasanya. Keduanya sepakat, tarif tidur Rp600 ribu sejam. Kliennya janji datang setelah magrib.

Saat tamunya hampir tiba, Mona meminta suaminya keluar kamar sekaligus pesan makan. Y dan Mona bertemu dan lanjut “kerja keras”. AN bawa makanan, mengetuk pintu dan mengaku sebagai kurir. Pesanan diambil saat Y masuk kamar mandi usai sesi pertama. Mona juga berpesan ke suaminya, agar berjaga karena khawatir tamunya berulah.

AN duduk dekat kamar. Sementara di dalam, Y yang merasa waktunya masih belum sejam, minta tambah sesi. Mona tak mau. Keduanya cekcok. Mona menggigit tangan tamunya, lalu dibalas dengan cekikan. Mona berteriak. “Karena berteriak, pelaku panik dan menusuk korban di leher, lalu kabur,” urai AKBP Dr Fantry Taherong, Kapolres Sidrap dalam konferensi pers, Jumat 12 September 2025.

AN kaget ketika tiba-tiba pintu dibuka, tamu istrinya lari. Ia masuk kamar dan melihat istrinya bersimbah darah. Y dikejar polisi. Ia akhirnya menyerahkan diri karena tempatnya bersembunyi di sebuah rumah kebun di sekitar rumahnya di Wajo, sudah dikepung. AN sempat dicurigai memperdagangkan istrinya, tapi tak ada bukti.

AN bercerita, ekonomi menjadi alasan utama sang istri menempuh jalan terjal itu. Larangan dan teguran yang ia sampaikan sering kali justru berujung pertengkaran. Istrinya itu bahkan pernah mengancam akan berpisah jika terus ditekan untuk berhenti dari pekerjaannya.

“Kami sudah benar-benar terhimpit. Kebutuhan makan, sewa kamar, semuanya jadi beban. Saya tidak sanggup. Itu alasan dia tetap jalani pekerjaan itu, meski saya menentang,” kata AN dengan mata berkaca-kaca setelah istrinya tewas bersimbah darah oleh pelanggannya.

Kisah dua perempuan ini adalah potret getir kehidupan.

(Abdi Mahatma)

Komentar