✍️ Catatan Agus M Maksum
Biasanya, pejabat yang dikritik akan buru-buru menenangkan keadaan. Memoles kata-kata, mengundang klarifikasi, lalu menyusun kalimat manis penuh diplomasi.
Tapi tidak dengan Purbaya Yudi Sadewa.
Menteri Keuangan yang satu ini seperti datang dari planet lain — tempat pejabat bicara apa adanya, tanpa takut kehilangan jabatan, tanpa perlu menyamarkan maksud dengan eufemisme birokrasi.
Kalimatnya pendek, tapi tajam. Nada suaranya santai, tapi menyengat.
Ketika dituding “baku tikam pejabat lain di depan umum” oleh Hasan Nasbi (mantan Kepala Kantor Komunikasi Presiden), Purbaya tidak membalas dengan pidato panjang atau klarifikasi berlapis-lapis. Ia cuma mengangkat selembar kertas. Data survei.
Dan dengan nada datar, ia bilang:
“Stabilitas pemerintahan amat baik di mata masyarakat, kecuali di mata orang itu.”
Netizen langsung paham siapa “orang itu”.
Hasan Nasbi, yang dulu sering meledak-ledak di media sosial — bahkan meragukan keislaman Prabowo — kini bicara tentang etika komunikasi publik. Ironi yang terlalu jelas untuk diabaikan.


Purbaya tak membantah dengan kata, tapi dengan angka.
Ia tunjukkan grafik kepercayaan publik terhadap pemerintah yang justru naik sejak dirinya menjabat Menkeu.
“Sepertinya saya koboy,” ujarnya, “tapi yang saya lakukan adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.”
Dan kalimat berikutnya membuat ruangan hening:
“Itu pun atas perintah Presiden.”
Selesai.
Satu kalimat yang menampar banyak pihak — dari pengamat bayaran sampai pejabat yang gemar bermain aman.
Purbaya tahu gaya komunikasinya tak biasa. Tapi justru itu yang membuatnya didengar rakyat.
Di tengah dunia birokrasi yang penuh basa-basi, ia datang sebagai koboy — tapi koboy yang membawa data.
Mungkin negeri ini memang butuh lebih banyak koboy semacam itu:
yang tidak sibuk menata diksi, tapi berani menata kepercayaan publik.
(*)







Komentar