Universitas Al-Azhar di Gaza menjadi universitas pertama yang membuka kembali pintunya bagi mahasiswa di wilayah yang dilanda perang, dengan membuka kembali mahasiswa yang studinya ditangguhkan untuk pembelajaran tatap muka langsung dan menyambut lulusan SMA baru ke dalam program akademiknya.
Selama serangan ‘Israel’ di Jalur Gaza, tentara ‘Israel’ menghancurkan beberapa bangunan dan fasilitas milik universitas-universitas Palestina di Gaza, terutama Universitas Al-Azhar, yang terletak di bagian tengah Jalur Gaza.
Universitas Menegaskan Kembali Komitmen terhadap Pendidikan
Mohammad Shubair, wakil presiden Universitas Al-Azhar, mengatakan bahwa sebagai bagian dari pemulihan dari penderitaan akibat perang, universitas kembali meningkatkan pendidikan.
Mahasiswa kembali ke meja mereka dengan cara yang layak bagi lulusan SMA dan mahasiswa veteran yang sebelumnya mengikuti perkuliahan daring meskipun terdapat kendala keamanan dan logistik, seperti kurangnya listrik dan akses internet. Shubair menambahkan dalam pernyataan yang dikutip oleh Al Jazeera.
“Para mahasiswa datang ke Universitas Al-Azhar dengan harapan dan antusiasme untuk memulai fase pendidikan baru, dengan tujuan kembali ke situasi sebelum perang di Gaza,” ujar Shubair kepada Al Jazeera Mubasher.

“Kami tetap di tanah Gaza, dan kami akan memulihkan keamanan, stabilitas, dan kemakmurannya, dan ini terwujud melalui sains dan pembelajaran.”
Kantor Media Pemerintah Gaza sebelumnya menyatakan bahwa ‘Israel’ telah menewaskan lebih dari 193 ilmuwan, akademisi, dan peneliti serta lebih dari 830 guru sejak Oktober 2023.
Kantor tersebut menambahkan bahwa pendudukan telah menghancurkan sebagian atau seluruh lebih dari 670 sekolah dan lembaga pendidikan serta menewaskan lebih dari 13.500 siswa.







Komentar