Putin Bertemu Presiden Suriah Baru Ahmad Al-Shara di Moskow: Sebuah Pergeseran Geopolitik yang Berani
MOSKOW, 15 Oktober 2025 — Presiden Rusia Vladimir Putin hari ini (15/10/2025) mengadakan pembicaraan penting di Moskow dengan Presiden transisi Suriah, Ahmed Hussein al-Shar’a alias Abu Mohammad al-Julani, menandai kunjungan resmi pertama AsySyara’ ke Rusia. Pertemuan ini—yang dimulai pada pagi hari waktu Moskow—menyoroti perubahan tajam dalam kebijakan luar negeri Kremlin setelah jatuhnya sekutu lamanya, Bashar al-Assad, yang kini diasingkan di Rusia.
Inti dari pertemuan tersebut adalah realitas geopolitik baru pasca-Assad. Rusia berupaya keras untuk mengamankan kelangsungan pangkalan militer strategisnya di Suriah, sementara AsySyara’ mencari legitimasi internasional dan dukungan ekonomi untuk pemerintahannya.

Kunjungan Ahmad AsySyara’, yang sebelumnya dikenal sebagai Abu Mohammed al-Julani, adalah hasil dari perubahan dramatis di Damaskus. AsySyara’ memimpin pasukan Haiat Tahririsy Syam (HTS)—sebuah evolusi dari cabang Suriah al-Qaeda, Jabhatun Nushrah—yang merebut ibu kota pada Desember 2024, mengakhiri lebih dari lima dekade kekuasaan keluarga Assad. Sejak menjabat sebagai presiden transisi pada 29 Januari 2025, AsySyara’ telah berjanji untuk mewujudkan stabilitas, reformasi, dan pencabutan sanksi.
Kunjungan yang diumumkan SANA pada 14 Oktober ini awalnya terkait dengan konferensi Rusia-Arab yang lebih besar, namun kemudian difokuskan pada hubungan bilateral. Setelah tiba di Moskow dan berterima kasih kepada Putin atas “penerimaan hangat,” AsySyara’ menyebut pertemuan ini “signifikan” untuk hubungan Suriah-Rusia, meskipun rezim telah berubah.
Menurut pernyataan dari Kremlin dan sumber Suriah, diskusi utama berpusat pada kerja sama bilateral di bidang ekonomi, politik, dan keamanan. AsySyara’ meyakinkan bahwa kolaborasi akan berlanjut “dengan cara yang sama” seperti di masa lalu, meskipun ada perubahan kepemimpinan.

Poin paling sensitif dalam agenda adalah status kehadiran militer Rusia. Moskow mengoperasikan dua pos militer permanen yang vital di Suriah: fasilitas angkatan laut di Tartus dan pangkalan udara Humeimim dekat Latakia. Kedua pangkalan ini merupakan satu-satunya pos militer permanen Rusia di luar bekas Uni Soviet dan krusial untuk proyeksi kekuatan di Mediterania dan operasi di Afrika/Timur Tengah. Rusia secara aktif mencari jaminan dari pemerintahan AsySyara’ untuk kelangsungan operasi mereka.
AsySyara’ diharapkan bisa meminta kepada Putin untuk menyerahkan Bashar al-Assad berikut tokoh-tokoh pendukungnya yang didakwa melakukan kejahatan perang agar diadili di Suriah. Namun, banyak analis bersikap skeptis, memandang permintaan ini kecil kemungkinannya untuk dipenuhi, mengingat status Assad sebagai sekutu lama dan perlindungan Rusia.
Diskusi juga menyentuh perkembangan regional dan internasional, termasuk krisis Suriah dan serangan udara Israel di wilayah Suriah, yang sebelumnya dikecam keras oleh Rusia.
Pembicaraan ini mengirimkan sinyal kuat mengenai pragmatisme Rusia di Timur Tengah. Putin memuji pemilu parlemen Suriah baru-baru ini sebagai “kesuksesan besar,” menunjukkan kesiapan Kremlin untuk bekerja dengan kepemimpinan baru guna melindungi aset strategisnya, bahkan di tengah komitmen militernya di Ukraina.
Bagi Damaskus, kunjungan ini secara signifikan meningkatkan profil diplomatik AsySyara’ setelah pidatonya di Sidang Umum PBB September 2025. Hal ini membuka jalan potensial untuk pelonggaran sanksi dan bantuan rekonstruksi, meskipun ada skeptisisme Barat yang mendalam terhadap latar belakang militan AsySyara’.
Di media sosial, liputan menyoroti ironi historis Putin menjamu mantan afiliasi al-Qaeda, seakan kontradiksi mengingat penetapan HTS sebagai organisasi teroris. Namun, sejauh ini tidak ada kejutan atau gangguan besar yang dilaporkan dari pertemuan tingkat tinggi tersebut.
[VIDEO PERTEMUAN PUTIN-AL SHARAA DI MOSCOW]







Komentar