Ulama sekaliber Al-Habib Umar bin Hafidz, sama Imad dipanggil “Mas Umar bin Hafidz” sebegitu dengkinya

✍🏻Ahmad Tsauri

Ulama sekaliber Al Alamah Al Habib Umar bin Hafidz, sama Imad dipanggil Mas Umar bin Hafidz sebegitu dengkinya.

Tokoh non muslim sekalipun yang sudah disepakati ketokohannya oleh pemuka-pemuka agama tersebut kita ikut menyebut dengan panggilan kehormatannya; Paus Fransiskus, Romo, Dalai dan seterusnya.

Ini sesama muslim saja dan sudah disepakati kealimannya bahkan sekaliber Syeikh Ali Jumah saja memanggil beliu Waliun min Auliillah Al Habib Umar, ini manggil mas Umar bin Hafidz.

Ini ihanah (pelecehan).

Saya 100% percaya Habaib mayoritas mutasil (bersambung) sampai Rasulillah Saw. Dan itu mujma alaih (ijma ulama), tersmasuk Badiuzaman Said Nursi dalam Rasail menyebut dzuriyah Rasulullah saw mutasil (bersambung sampai Rasulullah) sampai sekarang dengan segala keistimewaannya.

Jika kita tidak meyakini Habib dan Asyraf dzuriyah Nabi saw maka hilang sanad ilmu dan khazanah keislaman. Nyaris tidak ada sanad ilmu yang tidak terdapat dzuriyah Nabi dalam rangkaiannya. Artinya ada hubungan guru murid antara Sayid – Habib dan ulama ahwal atau non Sayid.

Aneh logika KH Mustamar (pengikut imad) bisa mengambil manfaat kitab Imam Al Habib Abdullah bin Alhadad atau Sayid Ahmad Zaini Dahlan atau Sayid Muhammad bin Alwi al Maliki tanpa meyakini mereka sebagai dzuriyah Nabi.

Kenapa? Mereka semua selama hayatnya dipanggil “Habib Sayid Syarif” dengan silsilahnya yang kerap dibacakan sebagai Dzuriyah Nabi lalu selama itu mereka setuju dipanggil “Sayid Habib” dan panggilan dzuriyah Nabi lainnya, kalau mereka bukan dzuriyah Nabi dan para ulama besar itu diam sementara sebenarnya mereka bukan dzuriyah Nabi berarti mereka sukut (diam) terhadap kemungkaran.

Kalau mereka bukan dzuriyah Nabi lalu diam saat dipanggil Habib atau Sayid, atau saat nama mereka ditulis dalam risalah ilmiah. Artinya mereka tidak punya amanah ilmiah. Kalau tidak amanah mereka tidak tsiqoh, kalau tidak tsiqoh mereka tidak layak menjadi ulama. Faktanya tidak demikian. Jadi logika yang aneh bisa mengambil sanad dan keilmuannya tanpa meyakini mereka sebagai dzuriyah Nabi.

Betul ada “oknum” tapi bukan berarti kita benci semua dan menafikan nasab mereka. Beruntung saya sampai detik ini memercayai mereka sebagai dzuriyah Nabi.

Itu tidak ada keuntungan buat Habib Umar tapi keuntungan buat saya berupa sanad ilmiah yang mutasil dan keberkahan yang bersambung.

Yang rugi adalah yang terus mengkampanyekan bahwa Habaib itu bukan keturunan Nabi saw. Karena sanad Imad dan sejawatnya putus.

Sejauh sebagai dinamika ilmiah tidak masalah sebagai penyeimbang tapi sampai mengolok-ngolok sampai menyebut Mas Umar bin Hafidz itu sudah tidak sehat, itu sudah olok-olok, kalau sudah olok-olok artinya semua tesis keluar mulut imad keluar dari hati yang tidak munshif منصف, hati yang tidak siap menerima kebenaran dari pihak lain.

Daripada mengkritik Habib Umar mending mendidik Mama Gufron atau gus-gus yang sebenarnya gak bisa ngaji. Ini sangat di sayangkan.

[VIDEO Mengenal Habib Umar bin Hafidz, Penting diketahui ❗️ ]

Komentar