“Pukulan Guru Membentuk Karakter Pemimpin”
Enam abad lalu, lahirlah kisah nyata yang melahirkan sosok besar dalam sejarah Islam — Sultan Muhammad Al-Fatih, penakluk Konstantinopel. Sejak kecil, ia dikenal manja, bandel, dan sulit diatur, tumbuh dalam kemewahan sebagai putra Sultan Murad II. Banyak guru gagal mendidiknya karena ia sering melecehkan dan menertawakan mereka.
Hingga akhirnya, ayahnya memanggil dua ulama besar: Syeikh Ahmad bin Ismail Al Qurani dan Syeikh Aq Syamsuddin, dengan pesan agar mendidik sang anak dengan tegas — bahkan memberi izin untuk memukulnya jika perlu.
Ketika pertama kali mendapat pukulan dari gurunya, Mehmed kecil terkejut — namun dari situlah titik balik terjadi: ia menjadi anak yang taat, rajin, dan beradab.
Hasilnya luar biasa: Muhammad Al-Fatih tumbuh menjadi hafidz Qur’an sejak usia 8 tahun, menguasai 7 bahasa, serta mendalami politik, strategi perang, dan ilmu pemerintahan.
Namun ada pukulan dari gurunya (Syeikh Aq Syamsuddin) yang tidak pernah bisa dilupakan oleh Muhammad Al Fatih. Karena dia merasa tidak bersalah saat dipukul gurunya itu. Namun ‘kenangan’ pahit dari gurunya itu tak sanggup dia tanyakan atau protes pada gurunya, saking hormatnya pada sang Guru.
‘Kenangan’ pahit itu tak lekang oleh waktu, terus berkecamuk di benak Al Fatih. Hingga pada suatu saat yang tepat, setelah resmi menjadi Sultan Utsmani, dia menanyakan kegundahannya selama ini:
“Guru, aku mau bertanya. Masih ingatkah suatu hari guru menyabetku, padahal aku tidak bersalah waktu itu. Sekarang aku mau bertanya, atas dasar apa guru melakukannya?”
Dan inilah jawaban sang guru Syeikh Aq Syamsuddin: “Aku sudah lama menunggu datangnya hari ini. Di mana kamu bertanya tentang pukulan itu. Sekarang kamu tahu nak, bahwa pukulan ‘kedzaliman’ itu membuatmu tak bisa melupakannya begitu saja. Ia terus mengganggumu. Maka ini pelajaran untukmu di hari ketika kamu menjadi pemimpin seperti sekarang. Jangan pernah sekalipun mendzalimi masyarakatmu. Karena mereka tak pernah bisa tidur dan tak pernah lupa pahitnya kedzaliman.”
🟢Inti pesan: Pukulan guru bukan sekadar hukuman, tapi sentuhan kasih dan tanggung jawab untuk membentuk jiwa pemimpin yang adil, kuat, dan berakhlak.







Komentar