Saat mulai ngantor setelah dilantik menjadi Menteri Keuangan, Purbaya menemukan sebuah anomali: Pertumbuhan ekonomi ‘melesat’ (seperti yang dirilis BPS), tapi mengapa daya beli tetap lesu?
Dia tidak mungkin mempertanyakan metode penghitungan pertumbuhan ekonomi yang fantastis tersebut, selain karena bukan wewenangnya, atasannya (Presiden) juga sudah terlanjur bangga mengumumkan angka-angka statistik yang dirilis oleh BPS. Nggak mungkin kan mempermalukan atasan sendiri.
Dia pun mulai menganalisa masalah sesuai kewenangannya: menyelidiki ke mana duit negara mengalir!
- Pertama, dia mendapati ternyata pemerintah punya cadangan dana yang cukup besar di BI: 200 triliun lebih. Dalam kondisi normal, cadangan ini memang dibutuhkan untuk kondisi darurat. Tapi karena transaksi keuangan sedang lesu, dana ini bisa dimanfaatkan sementara waktu untuk menambah darah perekonomian. Pasar harus diguyur dana segar agar daya beli bangkit. Caranya dengan menggelontorkan dana tersebut ke bank-bank milik pemerintah untuk merangsang pertumbuhan kredit. Efektifitasnya masih jadi perdebatan. Dan faktanya, gairah hanya terjadi di bursa saham. Di bawah, masih lesu.
- Kedua, Purbaya mulai membenahi 2 sumber pendapatannya: cukai dan pajak.
Untuk urusan pajak, Purbaya menginstruksikan anak buahnya untuk mengejar mereka yang seharusnya sudah wajib setor pajak tapi kenyataannya malah tidak pernah setor, alih-alih mencari-cari kesalahan mereka yang sudah tertib bayar pajak agar membayar lebih banyak lagi.
- Dan yang ketiga ini yang mulai mendapat perlawanan: Dia mulai menyelidiki dana-dana yang mengendap di deposito dan giro.
“Mengapa sih Purbaya ribut soal dana-dana mengendap ini? Kan bukan urusannya.”
Dalam satu negara, transaksi keuangan adalah darah pertumbuhan ekonomi.
- Semakin banyak transaksi terjadi, perekonomian akan semakin bergairah.
- Perekonomian tumbuh, penghasilan negara dari pajak akan semakin besar.
- Semakin besar pajak yang diperoleh, program-program pemerintah semakin mungkin dijalankan.
- Program pemerintah jalan, duit pajak semakin cepat kembali ke masyarakat.
- Semakin cepat pajak tersalurkan, transaksi keuangan akan semakin membaik.
Begitu alurnya.
- Dan kunci untuk meningkatkan transaksi keuangan adalah dengan menjaga peredaran uang di masyarakat.
- Duit, terutama duit yang sudah dianggarkan baik oleh kementerian, oleh daerah, dan lain-lain, harus secepatnya disalurkan.
- Tidak boleh diparkirkan terlalu lama, apalagi didepositokan.
Sampai di sini paham ya mengapa Purbaya reseh soal duit-duit pajak yang mengendap.
- Dia tidak sedang mencari-cari kesalahan menteri, kepala daerah, dan pejabat-pejabat lainnya.
- Dia hanya konsern untuk menjaga agar perekonomian terus bergerak maju.
- Ketika perekonomian membaik, tentu pendapatan negara dari pajak pun akan membaik pula, yang mana hal ini adalah tugas utama Purbaya sebagai Menteri Keuangan.
- Dia harus menjaga keuangan negara, baik pendapatan maupun pengeluarannya.
Di fase ini lah Purbaya mulai mendapat perlawanan. Banyak yang kebakaran jenggot.
- Gubernur-gubernur yang sudah dendam anggarannya dipangkas, mulai memberikan counter-attack, di mana seharusnya tidak perlu terjadi. Jika memang ada kesalahan data yang diumumkankan Purbaya, apalagi cuma kesalahan nominal, harusnya cukup diverifikasi saja. Tidak perlu dibuatkan konten sampai nantang-nantang ngajak gulat ala UFC.
- Perselisihan Purbaya dan KDM ini pun dimanfaatkan oleh para koruptor dan mereka yang berjiwa korup untuk mendiskreditkan kinerja Purbaya, berharap mereka mendapat dukungan dari fans berat Gub. Jabar yang sedang jadi idola.
Saya bukan pendukung Purbaya. Ngefans aja tidak. Hasil kerjanya belum kelihatan. Terlalu banyak cengengesan juga. Tapi kalau dia benar, ya harus dikatakan benar.
Wong pejabat itu kalau kerjanya bener aja belum tentu berhasil kok, apalagi kalau kerjanya kayak Bahlil.
(WENDRA SETIAWAN)







Komentar