Kemenangan PALESTINA

Kemenangan PALESTINA

Para pejabat Netanyahu kini terpaksa duduk dan menerima persyaratan dengan para petinggi Hamas (Khalil Al-Hayya dan timnya), yang mana orang-orang inilah yang sebelumnya mereka coba bunuh di Qatar tepat sebulan lalu, 9 September 2025.

Lalu, siapa pemenang sesungguhnya? Jika seseorang mengatakan Palestina hancur, ya, bangunan dan jalan-jalannya hancur, tetapi rakyat Palestina sendiri tidak pernah hancur. Mereka masih berdiri tegak, masih berbicara tegas, bertatap muka, dengan musuh yang pernah bersumpah untuk menghapus mereka.

Lalu apa yang terjadi dengan semua pembicaraan tentang pelucutan senjata Hamas, tentang penghancuran perlawanan, tentang penghapusan kepemimpinannya? Semua slogan itu kini telah runtuh di tengah debu reruntuhan Gaza.

Pejabat Hamas Osama Hamdan kepada Al Jazeera mengatakan:

“Tidak ada warga Palestina yang setuju penyerahan/pelucutan senjata perlawanan, dan rakyat kami saat ini lebih membutuhkan senjata dan perlawanan dari sebelumnya.”

Apa yang disebut fase pertama perjanjian itu sendiri merupakan pengakuan bahwa israel dan para pendukungnya, telah gagal memaksakan kehendak mereka. Mereka harus memilih dialog alih-alih dominasi, mereka akhirnya negosiasi alih-alih pemusnahan.

Perlawanan akan terus berlanjut — selama dan setelah fase pertama. Tak ada kertas, tak ada janji, tak ada gencatan senjata yang dapat membungkam rakyat yang telah kehilangan segalanya, namun menolak untuk menyerah.

Ini bukanlah gencatan senjata kelemahan; Ini adalah interval perhitungan, momen untuk berkumpul kembali, membangun kembali, dan mengingatkan dunia bahwa Palestina tak tergoyahkan.

Penjajah duduk di meja perundingan bukan sebagai pemenang, melainkan sebagai orang yang dipaksa untuk mengakui keteguhan warga Palestina yang tak dapat dikalahkan.

(Abdul Rahman)

Komentar