Satu hal yang saya belajar dari Purbaya adalah dia berusaha membongkar sistem keuangan yang sekian puluh tahun berjalan.
Purbaya pasti heran, uang kita banyak tapi kenapa kok ekonomi kita kering? Seperti gak ada darah yang mengalir di nadi-nadi ekonomi.
Masalah besarnya ternyata ada di kebijakan yang lebih menguntungkan elit daripada rakyat bawah. Misalnya sebuah instansi dikucurkan dana dari pemerintah, dana itu tidak langsung diguyur ke masyarakat lewat program-program riil, tapi justru dibelikan deposito, surat berharga, yang diterbitkan oleh negara sendiri. Elit-elit itu dapat duit dari bagi hasil bunga atau komisi. Berputar di mereka-mereka aja darahnya, sehingga ekonomi rakyat mampet. Pejabat spt itu sejenis Drakula.
Baru saya paham. Pendapatan terbesar negeri ini dari pajak rakyatnya, tapi hasil pajak gak kembali ke rakyat malah dibuat mainan oleh pejabat-pejabatnya. Jadinya ketika pajak dinaikkan, tapi ekonomi gak berputar, menjeritlah kita sejadi-jadinya. Dan sebelum jadi Menkeu, Purbaya udah ingatkan ke Presiden kalo gini terus Presiden bisa jatuh.
Dan setiap ada yang minta uang, Purbaya selalu curiga. “Ini duit mau lu salurkan ke masyarakat, atau cuman buat beli surat berharga doang?” Bahkan Danantara pun habis dikritik Purbaya, karena uangnya banyak dibelikan surat berharga daripada dipake untuk bangun ekonomi rakyat.
Saya ingat cerita seorang teman dulu waktu awal-awal China bangun negaranya. Sesudah benahi hukumnya, pemerintah China membangun infrastruktur di desa-desa di China dan menyalurkan uang negara. Tapi sebelumnya, negara membantu pengusaha besar untuk go internasional dengan syarat mereka harus beli printilan-printilannya di desa-desa yang sudah dibangun infrastruktur itu tadi. Jadi ga aneh, misalnya untuk mobil, ada desa yang khusus bikin setirnya, ada desa yang khusus bikin spionnya. Ini uang berputar di rakyat sehingga satu desa makmur dan mereka bisa bayar pajak.
Kita ini gak kekurangan orang pinter. Kita hanya kekurangan orang yang jujur..
(Denny Siregar)







Komentar