BAHLIL MASIH BAHLUL !
Saya tidak mau masuk ke Polemik apakah BBM beretanol lebih bagus dibandingkan dengan yang tidak beretanol.
Ada yang bilang BBM pakai Etanol lebih baik karena bisa menambah nilai oktan atau RON BBMnya.
Tapi ada yang bilang kurang bagus karena pada akhirnya akan mengurangi energi BBM.
Menurut saya penjelasan Dosen Fakultas Tekhnik Mesin dan Dirgantara ITB di berita ini cukup bagus
👇
Ditolak SPBU Swasta, Ini Plus Minus BBM Bercampur Etanol
https://www.tempo.co/sains/ditolak-spbu-swasta-ini-plus-minus-bbm-bercampur-etanol-2076020
Ok-lah, secara aturan, BBM memang diperbolehkan mengandung etanol sampai maksimal 20 persen.
Sementara alasan SPBU Swasta menolak membeli BBM yang di impor Pertamina karena masih mengandung Etanol 3,5 persen.
Pihak SPBU swasta meyakini lebih baik BBM murni tanpa campuran apapun.
Makanya banyak yang menganalogikan Kopi murni (BBM Versi Swasta) dengan Kopi Susu (BBM versi Pemerintah).
Nah, yang menjadi masalah, kenapa si Bahlul ini malah mulai bersikap otoriter. Memaksakan versi Pemerintah yang paling benar. Sehingga mau mewajibkan BBM harus dicampur Etanol 10 persen?
Sakit jiwa menteri yang satu ini. Hanya karena SPBU Swasta menolak membeli BBM yang diimpor Pertamina karena mengandung etanol 3,5 persen, dia malah mau mewajibkan BBM yang dijual harus memgandung 10 persen etanol.
Kalau kiasan Kopi tadi, si Bahlul ini mau mewajibkan semua Kopi wajib dijual pakai susu. Karena Susu menurut si Bahlil memang sangat bagus untuk tubuh.
Masalahnya si Bahlil lupa. Ngga semua orang penikmat Susu. Banyak orang yang lebih suka minum Kopi Asli. Bahkan ada orang yang memang alergi Susu. Apalagi ada kecurigaan kalau Susunya itu susu basi!
Secara pribadi saya juga curiga, kalau penambahan Etanol ini justru mencurangi kualitas BBM yang dijual Pertamina.
Dari berita Penjelasan Dosen ITB di atas, penambahan etanol 3,5 persen bisa meningkatkan RON BBM antara 3,5 sampai 4 persen.
Artinya BBM jenis Pertalite yang RON-nya cuma 90 kalau ditambahkan Etanol 3,5 persen akan merubah Pertalite jadi Pertamax (RON) 92.
Bahkan kalau penambahan etanol sampai 10 persen, berarti kualitas BBM yang diimpor seharusnya cuma pertalite tapi karena etanol berubah jadi Pertamax Plus!
Kalau asumsi saya ini benar, apa bukan penipuan namanya ini?
Silahkan para ahli Perminyakan tolong dijelaskan dan diluruskan.
Tapi yang pasti, mau bagus atau tidaknya penambahan etanol, harusnya Pemerintah tidak boleh memaksakan versi mereka.
Secara pribadi saya juga cenderung lebih percaya kependapat pihak Swasta. BBM lebih baik yang murni. Karena setiap penambahan yang dibatasi, artinya yang ditambahkan itu ada potensi masalah.
Kalau penambahan etanol di BBM dibatasi sampai 20 persen, berarti ada potensi masalah dengan etanol ini.
Sesederhana ini ajakan logikanya?
Tolong dong SPBU Swasta masuk juga ke Samarinda. Mau lebih lebih mahal 5000 perliter juga saya akan lebih memilih ke Swasta kalau SPBU mereka ada di Samarida!
Ngga percaya blas aku sama si Bahlul yang satu ini. Bisa dipecat ngga Pak Gemoy, pembantu mu yang nakal ini 😁
(By AZWAR SIREGAR)







Komentar