Seorang Gus kondang duduk satu majelis dengan Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. Sebenernya itu waktu yang pas untuk Menasehati

Seorang Gus kondang duduk satu majelis dengan Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia. Sebenernya itu waktu yang pas untuk menyampaikan bahwa:

  • Kerusakan alam dari tambang itu mengkhawatirkan. Tambang dan hilirisasi membuat laut tercemar, menjadikan nelayan harus berlayar lebih jauh dari pantai karena ikan menghindar ke tengah laut. Sungai ikut tercemar, masyarakat sekitar tambang tak lagi bisa menikmati air bersih dan bahkan kesehatan mereka terganggu karena cemaran logam berat yang ada di air yang mereka konsumsi.
  • Belum lagi bicara banjir yang dirasakan warga sekitar tambang karena hutan di hulu digunduli untuk pertambangan. Ketimpangan kekayaan dan kepemilikan tanah yang terlalu jauh antara konglomerat dan rakyat jelata.

Kalo bingung dengan data, cukup dengan memberikan buku ini saja untuk menggambarkan bahwa pada praktiknya aturan kita banyak yang ditabrak dan lagi-lagi masyarakat bawah yang menjadi korban.

Baiknya, tokoh agama ikut mengingatkan orang yang paling bertanggung jawab atas kerusakan alam ini bahwa banyak hal yang harus dikoreksi dari kebijakan-kebijakan yang lahir di bawah tangannya, sekaligus memberikan dukungan kepada masyarakat bawah yang menjadi korban di setiap konflik agraria dan terkena dampak buruk dari tambang.

“Menghindari bahaya didahulukan dari mencari manfaat.” Santri pasti sudah tau kaidah fikih itu, dan dalam konteks pertambangan kaidah ini sangat cocok untuk disuarakan. Kecuali ya ketika suaranya sudah dibungkam dengan manisnya hasil tambang.

(Fahmi Hasan Nugroho)

Komentar