Santri telpon ibunya sampai membentak dan menyalahkan ibunya

✍🏻Ustadz Wahab Rajasam (Pengasuh Pesantren Al-Andalus Ulul Albaab Sukabumi)

Saat seorang santri telpon ke orang tua (ibunya) dengan terus menerus menangis, membentak dan menyalahkan ibunya, mengacam ingin kabur dan menuntut banyak hal. Saya amati hingga lebih dari 40 menit.

Padahal, jatah telpon santri itu hanya 10 menit. Sehingga semua temannya merasa terganggu dan harus bersabar.

Hingga akhirnya karena saya berkesimpulan anak ini sudah tidak bisa mengendalikan dirinya, sayapun menegurnya.

Saya sampaikan, “Nak kamu sudah hampir 1 jam menggunakan telpon pesantren, teman kamu yang lain pasti terganggu!. ustadz harap kamu bisa menyelesaikan pembicaraan, jika masih banyak yang belum tersampaikan kamu tulis saja lalu foto dan kirim ke ibu kamu ya!”

Setelah itu, anak tersebut menyelesaikan pembicaraan dan kembali ke kamar.

Setelah beberapa saat, (saya memang memberikan kesempatan untuk menenangkan diri), lalu saya panggil dan saya ajak ngobrol 4 mata.

Anak ini nangis tersedu sedu, mengungkapkan rasa kecewanya pada ibunya.

Saya tanya kenapa?

“Karena bunda ga pernah punya waktu untuk saya, selalu kerja, kerja dan kerja..”

Saya tergelitik bertanya, “emang yang ayah berikan ga mencukupi (nafkah, sampai ibu harus kerja)?”

“Ayah sudah pisah dengan bunda dan tidak pernah peduli pada kami.”

“Sejak kapan berpisahnya?”

“Sejak saya usia balita!”

“Kamu pernah bertemu dengan ayah?” pernah!

“Apa yang kamu rasakan saat bersamanya?” ga nyaman!

“Kenapa?” ayah tempramen dan ga pernah kasih solusi saat ada masalah hanya marah marah.

Saya tidak melanjutkan, karena khawatir saya terlalu banyak mendengar hal tidak baik tentang ayahnya.

Saya fokus ke ibunya, “Bunda kamu itu harus cari nafkah demi kamu juga, kamu harus bisa memahami posisi bunda, kamu harus sayang sama bunda, kamu harus banyak bersabar karena kita tidak pernah bisa memilih lahir dari orang tua yang seperti apa. Jika kamu merasa kecewa dan seolah ga ada yang sayang sama kamu. Di sini ada ustadz, kamu bisa cerita apa saja dan minta tolong sama ustadz kalo sedang butuh sesuatu. Ustadz sayang sama semua santri termasuk kamu.”

“Iya ustadz, om ana juga kenal baik dengan ustadz”

“Siapa om kamu?” Fulan ustadz….

“Wah betul, itu teman baik ustadz.”

“Oke sejak sekarang kamu kalo ada apa apa ketemu ustadz aja ya.”

Saya lihat anak ini hanya butuh suport dan perhatian.

Lalu saya minta musyrifnya memberikan perhatian dan jangan sampai membuatnya kecewa.

Alhamdulillah sekarang perkembangannya bagus ortunya pun senang.

Semoga Allah mudahkan ananda menuntut ilmu dan kelak dapat membanggakan orang tua dan keluarganya.

(fb)

Komentar