Proyek ambisius Ibu Kota Nusantara (IKN) kembali mencuri perhatian dunia — kali ini bukan karena kemegahannya, melainkan karena peringatan keras dari media internasional The Guardian yang menyebut Nusantara “terancam menjadi kota hantu”.
Dalam laporan yang terbit pada 29 Oktober 2025, jurnalis Michael Nielson menggambarkan bagaimana ibu kota baru Indonesia di Kalimantan Timur kini tampak sepi dan kehilangan arah. Jalan-jalan lebar tanpa lalu lintas, gedung-gedung futuristik berdiri tanpa penghuni, dan hanya beberapa tukang kebun serta wisatawan yang melintas di antara bangunan pemerintah yang belum rampung.
Tiga tahun setelah diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo, impian Nusantara sebagai pengganti Jakarta kini menghadapi kenyataan pahit. Di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, pendanaan negara untuk proyek ini merosot tajam — dari sekitar £2 miliar pada 2024 menjadi hanya £700 juta tahun 2025, bahkan diproyeksikan tinggal £300 juta tahun depan. Investasi swasta pun gagal memenuhi target lebih dari £1 miliar.
Lebih mengejutkan, Prabowo dikabarkan menurunkan status Nusantara menjadi “ibu kota politik” tanpa kejelasan hukum, sementara jumlah ASN yang bersedia pindah masih sangat kecil — baru sekitar 2.000 pegawai dari target 1,2 juta jiwa pada 2030.
Kehidupan ekonomi di sekitar kawasan pun ikut lesu. Para pemilik usaha kecil mengaku penghasilan anjlok hingga setengahnya karena para pekerja proyek sudah banyak yang pulang. “Dulu ramai, sekarang seperti mati suri,” kata Dewi Asnawati, pemilik warung dan penginapan di Sepaku.
Warga adat Balik di sekitar sungai Sepaku justru menderita. Aktivitas pembangunan membuat air sungai tercemar dan lahan mereka tergenang banjir. Sementara kelompok lingkungan seperti WALHI menuding proyek ini sudah merusak lebih dari 2.000 hektare hutan mangrove, dengan ancaman ekologis jangka panjang.
Meski pemerintah membantah tudingan itu, pengamat menilai fokus Presiden Prabowo kini lebih condong pada program populis seperti makan gratis ketimbang melanjutkan visi besar IKN.
Kini, Nusantara tampak terjebak di antara dua nasib: terlalu besar untuk dihentikan, namun terlalu sepi untuk disebut hidup. Sebuah proyek impian yang berisiko menjadi monumen kemegahan tanpa jiwa — kota hantu di tengah hutan.
Sebuah short video liputan khusus dari kompas berikut juga layak di simak
Apa pendapat anda?







Komentar