Jokowi Panik Bakal Dilindas Kereta Cepat

Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan menilai, mantan Presiden Jokowi terlihat panik dan mencoba cuci tangan dari dugaan skandal proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang sekarang bernama Kereta Whoosh senilai US$7,27 miliar.

Setelah permasalahan Kereta Whoosh terbuka lebar, kata dia, Jokowi berdalih bahwa proyek yang digagasnya itu, bukanlah proyek cari untung. Namun investasi sosial.

Alasan itu, kata Anthony, semakin memperlihatkan karakter asli Jokowi. Berkali-kali bohong, mulai dari proyek Esemka atau IKN (Ibu Kota Nusantara) yang katanya sudah banyak investor antri, ternyata tidak ada buktinya.

“Terlihat sekali Jokowi panik, coba-coba cuci tangan dari dugaan skandal Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang merugikan keuangan negara secara pasti dan nyata, dalam jumlah raksasa, paling sedikit Rp73,5 triliun,” ujar Anthony Budiawan.

Selanjutnya, Anthony menilai alasan Jokowi bahwa proyek Kereta Whoosh merupakan investasi sosial yang tak berburu cuan, sulit dipercaya alias bohong.

“Dalih (proyek Whoosh bukan cari untung tapi investasi sosial) ini jelas untuk menghindar dari tanggung jawab atas kerugian keuangan negara yang super besar,” tandas Anthony Budiawan.

Hal senada disampaikan Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira Adhinegara yang membantah pernyataan mantan Presiden Jokowi yang menyebut proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Kereta Whoosh adalah investasi sosial.

Selanjutnya Bhima menyebut adanya bias jika menyebut Kereta Whoosh adalah investasi sosial.

Karena, Kereta Whoosh yang dikelola PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) punya pasar kelompok menengah ke atas. Jangan pernah berharap kaum yang penghasilannya pas-pasan bakal naik Kereta Whoosh untuk perjalanan dari Jakarta menuju Bandung atau sebaliknya.

Sehingga, lanjut Bhima, jangan salah mengartikan investasi sosial jika memang tak paham. Atau malah menjadikan narasi itu sebagai pembenaran.

Komentar