Mantan Presiden yang paling sibuk berpolitik siapa lagi kalau bukan Jokowi. Bahkan politiknya bukan lagi politik tingkat tinggi, melainkan politik hari-hari. Politik yang bukan pula diurus kebanyakan politisi, tapi diurus administrator atau pegawai politik, yang berkantor di kantor partai politik.
Berharap Jokowi akan seperti Megawati atau SBY, tak akan mungkin terwujud. Jokowi ya Jokowi, Megawati ya Megawati, dan SBY ya SBY. Keduanya tak memiliki anak seperti Jokowi, yang saat ini menjadi Wapres. Dan Jokowi tak memiliki partai pula seperti Megawati dan SBY. Partai Jokowi PSI, baru akan dibesarkan 2029 nanti.
Jadi, berharap Jokowi menemui Prabowo baru-baru ini di Kertanegara akan membicarakan hal-hal besar demi bangsa dan negara, rasanya mustahil. Pastilah yang dibawa Jokowi ke hadapan Prabowo itu hal-hal kecil yang dihadapi Jokowi juga hari-hari.
Misalnya terkait dukungannya terhadap Prabowo-Gibran dua periode. Atau terkait penunjukan Ahmad Ali sebagai Ketua Harian PSI yang langsung menyeret Prabowo untuk segera mengakhiri kasus ijazah Jokowi dan Gibran, menggunakan kewenangannya. Atau terkait ultimatum 31 organisasi relawan Jokowi mendesak Polda Metro Jaya, mentersangkakan Roy Suryo Cs.
Pengamat politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya menyakini sekali bahwa bobot politik praktis Jokowi saat menemui Prabowo di Kertanegara pastilah jauh lebih besar, ketimbang saat Megawati dan SBY yang bertemu Prabowo. Meski jawaban-jawaban normatif seperti silaturahmi, temu kangen, demi bangsa dan negara, dan segala macam itu, tetap dikedepankan.
Hanya saja, situasi politik saat ini, terutama setelah dua kali reshuffle berturut-turut yang didahului demo yang berakhir rusuh, dan ditambah apa yang dialami Jokowi akhir-akhir ini, mustahil rasanya bobot politik praktisnya kecil. Pastilah besar dan mendesak pula.
Jokowi menemui Prabowo di Kartanegara tak bisa dianggap kunjungan balasan, setelah Prabowo ke rumah Jokowi dalam rangka Kongres PSI, sebelumnya.
Jokowi lihai betul memaksa Prabowo ke rumahnya dengan cara mengadakan Kongres PSI di Solo. Mau tak mau, Prabowo pastilah akan ke rumah Jokowi, sebelum mendatangi Kongres PSI. Kecuali, Prabowo sama sekali tak menghadiri Kongres PSI.
Itu pilihan yang lebih sulit lagi. Sebab, spekulasi akan tambah liar, yang pasti tak dikehendaki Prabowo. Prabowo selalu menjaga hubungan baik dengan pemimpin lain, apalagi yang memang tak ada masalah pribadi dengannya.
Jokowi menemui Prabowo di Kartanegara karena tak mau ketinggalan alam pemikiran Prabowo saat ini; ketinggalan apa yang sudah dan akan dilakukan Prabowo. Cawe-cawe lagi, pastinya.
Jokowi ingin mengetahui secara langsung dari Prabowo. Info A1 istilahnya, bukan dari mulut orang lain. Terserah saja, apakah Prabowo akan mengutarakan secara eksplisit atau implisit, Jokowi ingin mendapatkan auranya, bukan sekadar jawabannya saja.
Apalagi bertemu selama dua jam. Pasti akan banyak bisa dimaknai dan dibandingkan antara dulu dan saat ini. Bahkan, hanya sambutan pun, sudah bisa dimaknai.
Harus diakui bahwa manuver yang dilakukan Roy Suryo Cs membuat posisi Jokowi dan Gibran kian terdesak. Kalau posisi Jokowi saja yang terdesak, masih mendingan. Tapi kalau sudah posisi Gibran yang terdesak, ini alarm yang berbahaya. Bahayanya tidak hanya saat ini saja, tapi juga ke depan (2029).
Sempat berada di atas angin, tapi lama ke lamaan, terlihat hendak disapu angin. Polisi tak bisa bertindak, KPU jebol terpaksa memberikan ijazah legalisir Jokowi ke Roy Suryo Cs, Kemendikdasmen pun seperti lebih terbuka. Terpaksa, semua relawan dikerahkan untuk menekan kepolisian, yang arahnya juga ke Presiden.
Gugatan ijazah palsu terhadap Jokowi tidak berefek apa-apa lagi. Tapi terhadap Gibran efeknya sungguh sangat besar. Lebih cepat proses pemakzulan lewat ijazah, kalau memang terbukti bermasalah, daripada usulan Forum Purnawirawan TNI tempo hari. Daya rusaknya jauh lebih efektif dan efisien. Sedangkan penangkalnya, nyaris berguguran.
Tak salah, kalau Ketua Harian PSI Ahmad Ali langsung saja menyeret Presiden Prabowo untuk segera mengakhiri dengan menggunakan kewenangannya. Semua organisasi relawan pun menekan dan mengancam akan demo besar-besaran, kalau Roy Suryo Cs tak ditersangkakan dan ditahan.
Apa sebenarnya isi pertemuan antara Jokowi dan Prabowo di Kartanegara selama dua jam itu, akan terlihat setelah pertemuan itu. Apakah kasus-kasus yang terjadi sebelumnya akan menemui titik terang atau justru akan semakin gelap? Tidak hanya yang terkait dengan Jokowi, tapi justru lebih luas dari itu seperti Reformasi Polri, reshuffle kabinet, dan lain sebagainya.
Prabowo pasti tak akan mudah didikte, apalagi diintervensi untuk hal yang merugikan orang banyak, apalagi bangsa-negara. Politik 2029 masih terlalu jauh dan Prabowo masih akan fokus bekerja saja. Biarlah Jokowi fokus politik hari-hari yang memang tak bisa dihindari karena terkait depan masa depan anaknya.
(Oleh: Eizal)







Komentar