Deal dengan Jokowi, Ternyata China Tak Lakukan Studi Kelayakan saat Bangun Kereta Cepat di RI

Sosiolog Perkotaan dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Prof. Sulfikar Amir, mengungkapkan bahwa proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) atau Whoosh dibangun tanpa studi kelayakan yang memadai.

Pernyataan tersebut disampaikan Sulfikar dalam program Rosi di Kompas TV, Kamis (30/10/2025).

Ia menyebut bahwa pihak China tidak melakukan studi kelayakan baru, melainkan hanya menyalin kajian milik Jepang yang disusun dalam waktu singkat.

“Ketika China masuk, mereka tidak melakukan studi kelayakan sebenarnya. Mereka hanya mengkaji studi kelayakan dari Jepang yang dilakukan dalam waktu tiga bulan,” ujar Sulfikar.

Menurutnya, hal itu membuat penyusunan anggaran proyek kereta cepat tidak berbasis pada data empiris yang kuat.

“Mereka membuat susunan anggaran yang sebenarnya tidak berbasis pada studi-studi empiris,” tambahnya.

Sulfikar menilai proyek KCIC ini menjadi contoh perencanaan infrastruktur yang ceroboh dan sarat kepentingan politik.

Ia membandingkan pendekatan China dengan Jepang yang dinilai lebih matang dan metodologis dalam setiap langkah pembangunan.

“Perencanaan dan pengambilan keputusan sangat dibebani oleh kepentingan politik,” tegasnya.

Lebih lanjut, Sulfikar menyoroti bahwa konsorsium China tidak melakukan studi mendalam terhadap kondisi geografis dan proyeksi penumpang secara rinci. Semua proses, kata dia, dilakukan terburu-buru.

“Mereka tidak melakukan studi kondisi geografis, studi jumlah penumpang, dan sebaliknya dilakukan dengan tergesa-gesa,” ujar Sulfikar.

SIMAK SELENGKAPNYA VIDEO DIBAWAH:

Komentar