Dalam momentum peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2025, Kementerian Agama (Kemenag) mengumumkan sejumlah program yang berfokus pada penguatan pesantren di Indonesia. Salah satunya adalah menutup 25 pondok pesantren aliran keras yang sebelumnya berada di bawah naungan Jamaah Islamiyah (JI).
Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan, pihaknya sudah merekonstruksi 25 pesantren dengan total 5.077 santri yang dianggap meresahkan masyarakat, sebagai langkah deradikalisasi berbasis pendidikan.
“Rekonstruksi 25 pesantren, ini juga pernah kita agak sedikit terganggu dengan kehadiran pondok pesantren yang dinilai masyarakat kita beraliran keras,” kata Nasaruddin di kantor Kemenag, Jakarta Pusat, Selasa (21/10/2025), seperti ditayangkan chanel Youtube Kompas.
Adapun 5.077 santri itu sudah bergabung dengan pondok-pondok pesantren mainstream.
“Kami mencoba melakukan pendekatan secara kemanusiaan dan 25 pesantren itu yang jumlah santrinya itu 5.077 santri, kembali bergabung dengan mainstream, seperti pondok-pondok pesantren yang lain,” kata Nasaruddin.
Langkah deradikalisasi ini merupakan bentuk mewujudkan Asta Protas Kementerian Agama sesuai dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto-Wapres Gibran Rakabuming Raka.
Menteri Agama Nasaruddin Umar menjelaskan, langkah ini sesuai dengan hasil survei Poltracking Indonesia, yang menempatkan “menjaga kerukunan antarumat beragama” sebagai keberhasilan tertinggi pemerintahan Prabowo–Gibran dengan tingkat kepuasan publik mencapai 86,7%, disusul menjaga kehidupan keagamaan (80,2%) dan menjaga persatuan bangsa (77,1%).
[VIDEO]







Komentar