Oleh: Hendrajit (Peneliti dan Pendiri Global Future Institute)
Membincangkan kelayakan Pak Harto sebagai Pahlawan Nasional menurut saya itu baik ya. Yang pro dan kontra bagus juga berdiskusi secara terbuka. Yang setuju kenapa kok setuju. Yang kontra juga jelaskan dimana nggak setujunya. Sama sama kita beberkan fakta fakta sejarahnya secara faktual dan akurat.
Fakta sejarah yang menurut saya punya corak khas yang melekat pada diri Suharto adalah: Seringkali di tempat dan waktu yang benar. At the right time and on the right moment.
1. Memimpin Serangan Umum 1 Maret 1949, pada saat negara sedang kosong kekuasaan, lantaran pemimpin kunci bangsa ditangkap Belanda saat agresi militer Belanda kedua, menduduki Yogyakarta. Terlepas ide serangan umum 1 Maret 1949 itu hasil rembugan antara Sri Sultan HB IX, Panglima Besar Sudirman dan Dewan Siasat Nasional, kenapa komandan Welkhreis III letkol Suharto yang kalau sekarabg cuma komandan korem Yogya yang jadi komandan serangan serentak umum 1 Maret 1949?
2. Panglima TRI KORA. Saat Indonesia genting gentingnya menghadapi Belanda yang masih ngotot mempertahankan Irian Barat/Papua, Bung Karno mencanangkan bahwa selambat lambatbya mulai 1 Januari 1963 Irian Barat harus kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Maka Bung Karno mencanangkan TRI KOMANDO RAKYAT/TRIKORA. Di bawah pimpinan Panglima Mandala Mayjen Suharto.
3. Komandan DWI KORA. Pada 1964, akibat kecerobohan atau malah mungkin konspirasi Inggris dan PBB, yang lambat menproses jajak pendapat di Sabah dan Sarawak apa milih gabung Indonesia atau Malaysia, Tengku Abdurrahman secara sepihak menproklamirkan dirinya sebagai negara merdeka. Bung Karno nggak terima dan menyatakan Malaysia boneka Inggris. Maka Bung Karno mencanangkan Konfrontasi dengan Malaysia. Dan membentuk Dwikora. DWI KOMANDO RAKYAT. Dan menunjuk Pangkostrad Mayjen Suharto sebagai komandan pasukan menghadapi konfrontasi dengan Malaysia.
4. Penumpas G30S/PKI. 30 September 1965, tragedi nasional dengan gugurnya 6 jenderal. Dan praktis sejak 30 September hingga 1 Oktober 1965, lagi lagi negara dalam kosong kekuasaan. Mayjen Suharto selaku Pangkostrad pegang inisiatif dan pengendali arah peristiwa yang menentukan nasib republik yang waktu itu baru berusia 20 tahun.
5. SUPER SEMAR. Saat genting gentingnya pergolakan kekuasaan untuk membubarkan PKI, Bung Karno tegas menolak. Namun anehnya, meski tangan kanannya menolak, tangan kirinya membuat Surat Perintah 11 Maret 1966 kepada Menteri Panglima Angkatan Darat Letjen Suharto untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Antara lain membubarkan PKI dan melumpuhkan kabinet seratus menteri.
Dari rangkaian ini saja, seperti saya singgung di awal, Suharto selalu di tempat dan waktu yang benar. Benarkah ini kebetulan? Kalau kebetulannya berkali-kali apakah bisa disebut kebetulan atau keberuntungan belaka?
Menurut saya, kalau kebetulan dan keberuntungan seseorang itu terjadi berulangkali, maka pasti ada faktor konstan di situ. Apa itu? Kekuatan kepribadian.
Saya inget ungkapan dari seorang sejarawan tapi lupa namanya. Ia bilang, bukan idealisme atau ideologi yang menggerakkan sejarah atau peristiwa, namun pribadi khas seseorang.
Lantas, apa layak jadi pahlawan? Pahlawan, apakah dia militer atau kiprah di ranah sipil, menurut saya kata kuncinya: Punya Passion, punya minat dan gairah yang terus-menerus pada suatu hal. Apapun itu. Maka dari itu buahnya adalah keberanian dan ketetapan hati untuk bersikap merespons keadaan genting dan kritis.
Kepribadian khas Suharto inilah yang membuat dirinya dimenangkan oleh sejarah. Sebagaimana pendahulunya, Sukarno juga selalu berada di waktu dan tempat yang benar. Bukan kebetulan atau keberuntungan. Karena kebetulan atau keberuntungan biasanya tak akan berulang kedua kali.
Pribadi Suharto seperti juga pribadi Sukarno lah yang menggerakkan sejarah.
(*)







Komentar