Hijrah Mas’ud dia adalah adik kandung dari gubernur kaltim, di kenal sebagai pengendali proyek pemda. Disebut-sebut manapun vendor atau pemenang tender proyek pemerintahan dia yang menentukan.
Banyak aktivis dan penggiat sosial yang takut menyebut namanya karena bisa terancam eksistensinya. Baru baru ini penggiat sosial speak up tentang kiprah Hijrah Masud malah tak lama langsung klarifikasi dan minta maaf ke publik. Sungguh power masud family di kalimantan timur ini sangat bombastis. Hingga saat ini nama Hijrah Mas’ud tidak tercatat menjabat politik, apakah biar aman dari audit?
Simak sebuah video seseorang yang speak up berikut terkait Hijrah Masud, itu pun di samarkan namanya.
Di Kalimantan Timur, politik kadang terasa seperti drama keluarga besar: penuh kejutan, penuh jabatan, dan tentu saja—penuh Mas’ud. Sulit menolak pandangan bahwa keluarga satu ini bukan sekadar aktor politik, tetapi sudah seperti “franchise” yang membuka cabang di setiap sudut kekuasaan.
Rudy Mas’ud, sang kepala rombongan, melenggang sebagai tokoh kuat dari Golkar, punya posisi strategis, akses politik, dan pengaruh ekonomi yang tak kecil. Belum selesai publik menghafal perannya, muncul nama-nama lain yang tak kalah akrab dari daftar anggota keluarga yang memegang jabatan publik. Istrinya ikut di Senayan sebagai anggota DPR. Saudara-saudaranya pun menempati kursi empuk politik dan pemerintahan di Kaltim. Jika ada lomba “Keluarga Paling Kompak Masuk Jabatan Publik”, mungkin pemenangnya sudah jelas jauh sebelum kompetisi dimulai.
Jika dilihat kekayaan keluarga ini wow fantastis sekali, itu yang tercatat belum yang tidak.
Tentu, semua ini sah secara hukum. Demokrasi memang memberi ruang bagi siapa saja, termasuk satu keluarga yang sangat berbakat berpolitik. Namun, rakyat Kaltim yang mengamati dari pinggir panggung terkadang tak bisa menahan diri untuk bertanya: apakah ini bentuk kerja keras keluarga yang luar biasa, atau kerja sama keluarga yang terlalu luar biasa?
Di tengah wacana konflik kepentingan, banyak publik yang merasakan seolah Kaltim berubah menjadi semacam “Mas’ud Corporate Structure”—lengkap dengan jabatan-jabatan yang tampak seperti pembagian portofolio bisnis. Balikpapan, Samarinda, hingga dapil pusat, semuanya seperti papan catur di mana bidaknya masih satu marga.
Satirnya, setiap kali muncul satu anggota keluarga baru yang ikut masuk ke lingkar kekuasaan, warganet berkelakar: “Apa ini lowongan keluarga atau lowongan negara?”
Meski begitu, tak ada yang menyangkal bahwa keluarga Mas’ud punya kemampuan politik yang rapi, terstruktur, dan penuh strategi. Jika politik adalah permainan yang membutuhkan jaringan kuat, mereka sudah membangun versi deluxe-nya. Hanya saja, publik selalu punya hak untuk bertanya apakah konsentrasi kekuasaan sebesar ini akan membawa keberkahan bagi rakyat, atau justru menjadikan Kaltim semakin nyaman bagi segelintir orang dan semakin sempit bagi yang lain.
Akhirnya, opini ini tak bertujuan menghakimi, melainkan mengingatkan: demokrasi bukan panggung keluarga tunggal. Dan ketika satu keluarga tampak terlalu dominan, kritik adalah bagian dari vitamin politik. Tanpanya, yang tersisa tinggal tepuk tangan yang dipaksakan dan panggung yang semakin lama semakin mirip ruang makan keluarga besar.







Komentar