4 Desember 1976, Tengku Hasan Muhammad Di Tiro mendeklarasikan Gerakan Kemerdekaan Aceh di Gunung Tjokkan, Tiro, Pidie. Cucu dari pahlawan nasional Tengku Cik Di Tiro ini hilang kesabaran, karena ketimpangan kesejahteraan Rakyat Aceh yang berbanding terbalik dengan kekayaan alamnya.
Tidak hanya itu, kekerasan militer dari pemerintah pusat yang menindas rakyat aceh sejak pemerintahan Presiden Sukarno sampai Presiden Soeharto juga menjadi pemicu terbentuknya Gerakan Aceh Merdeka atau GAM.
Hasan Tiro kemudian menjadi buruan kelas wahid pasukan keamanan pemerintah. Dia dicap pemberontak yang merongrong stabilitas keamanan Indonesia. Tiga tahun lamanya, Tgk Hasan Tiro bergerilya, memimpin pasukannya di belantara Aceh.
10 tahun setelah deklarasi Gerakan Aceh Merdeka, Tgk Hasan Tiro dan Tgk Malik Mahmud berangkat ke Libya untuk membangun jaringan dan membentuk pasukan paramiliter. Mereka bertemu perwakilan pemimpin Libya Moamar Khadafi.

Hasan Tiro mengajukan permohonan agar Libya dapat memberi pelatihan militer kepada para pemuda Aceh untuk dididik menjadi tentara tangguh.
Saat itu, Libya sedang berkonfrontasi dengan Amerika Serikat, karena persoalan politik dan keamanan internasional. Mereka sedang sibuk, siaga dari kemungkinan serangan Amerika dan sekutunya. Hasan Tiro dan Malik Mahmud juga sempat menyatakan kesiapan pemuda Aceh untuk membantu Libya jika diserang oleh Amerika.
Pemerintah Libya kemudian setuju membantu melatih pasukan Aceh, sebanyak 50 orang untuk tahap pertama, waktu diberikan selama satu bulan guna mendatangkan pemuda Aceh tersebut. Mereka akan dilatih di Kamp Tanzura.
Kamp Tanzura adalah salah satu kamp pelatihan militer yang diperuntukkan bagi bangsa-bangsa tertindas yang ingin merdeka. Muammar Khadaffi menyebutnya sebagai “pelatihan untuk orang orang tertindas dan terzalimi di negaranya”.
Kamp ini awalnya hanya digunakan sebagai tempat latihan para militer Libya. Selain Aceh, pelatihan militer Kamp Tanzura juga diikuti oleh kombatan dari Pattani (Thailand), Moro (Filipina), Organisasi Pembebasan Palastina (PLO), dan sayap militer perjuangan Irlandia utara, atau Irish Republican Army.
Di Kamp Tanzura, para pemuda Aceh selalu mendapat predikat terbaik dalam pendidikan militer di sana, mengalahkan para pemuda dari negara-negara lain. Pelatihan militer ini diperkirakan berlangsung dari tahun 1986 sampai 1990, dimana setidaknya 1.000 personel GAM dilatih oleh militer Libya.
Di antara para pemuda itu ada sosok pemuda tampan bertubuh tinggi besar yang ikut dalam pelatihan tersebut. Dia termasuk angkatan gelombang pertama di tahun 1986 yang datang berlatih di kamp militer Libya tersebut. Ketika itu usianya masih 22 tahun.
Kelak pemuda ini menjadi Panglima Perang Sayap Militer GAM. Namanya Muzakir Manaf, orang-orang biasa memanggilnya dengan sebutan Mualem. Jabatan mentereng itu disandangnya dalam usia yang relatif masih muda, di usia 38 tahun, 15 tahun berselang setelah dia menjejakan kaki di kamp militer Libya itu.

Muzakir Manaf mengikuti pendidikan di kamp militer itu selama 4 tahun. Tidak hanya pelatihan ilmu perang, dia juga diberikan pendidikan dan pelajaran Antropologi, Politik, Sosiologi dan Ekonomi dan dididik langsung oleh Tengku Hasan Tiro.
Muzakir Manaf termasuk salah satu pemuda yang jenius di akademi militer itu, dia lulus dengan predikat terbaik dari yang terbaik. Karena kecakapannya, dia pernah ditunjuk menjadi salah satu pengawal pribadi Moamar Khadafi, Sang Pemimpin Libya itu.
Sekitar tiga tahun jadi pengawal Presiden Libya itu, dia kemudian mendapat perintah untuk pulang ke Aceh, melanjutkan perjuangan menuntut kemerdekaan Aceh.
Setelah kembali ke Aceh, Mualem bergerilya melawan pasukan pemerintah bersama GAM. Ia bergerak dari satu hutan ke hutan lain, menghindari operasi militer, menghindari kejaran TNI. Beberapa kali, pihak keamanan menyebarkan kabar bahwa Mualem telah tewas, namun ia selalu muncul kembali dalam keadaan sehat.

Pada masa-masa Daerah Operasi Militer atau DOM zaman pemerintahan Presiden Soeharto, nama Muzakir Manaf tenar di kalangan anak-anak muda Aceh. Dirinya bagaikan kisah-kisah Urban Legend dari mulut ke mulut.
Dia digambarkan sering muncul mengendarai motor trail lengkap dengan baju militernya, terkadang muncul mengendarai mobil jeep dari hutan-hutan persembunyiannya.
Saat memimpin pasukan, Muzakir Manaf terkenal tegas dan keras, tapi tetap memiliki empati yang sangat tinggi kepada anak buahnya. Ada suatu cerita yang mengisahkan bahwa suatu ketika Mualem mendapati seorang kombatan yang ketahuan menghisap ganja. Tanpa ampun, anggota pasukannya itu langsung dipecatnya.
Salah satu kombatan yang menyaksikan itu mengisahkan bahwa saat itu Mualem merasa sangat bersalah karena ada pasukannya yang mengonsumsi ganja. Sang kombatan memperhatikan dengan seksama raut sang panglima. Matanya berkaca-kaca, air matanya berlinang.
Meski merasa sedih tapi dia harus memecat salah seorang pasukan yang selama ini setia bersamanya, karena aturan harus tetap dijalankan. Dia kemudian masuk ke mobil Jeepnya dan meninggalkan Camp Komando itu.
Mualem mulai memegang kendali pasukan besar ketika dia ditunjuk sebagai Panglima Wilayah Pase pada tahun 1998. Tahun 2002 Muzakir Manaf diangkat mejadi Panglima GAM menggantikan Tengku Abdullah Syafie yang meninggal dunia karena tertembak pasukan TNI.
Dia menjadi Panglima GAM termuda. Posisi ini kemudian dijabatnya hingga kesepakatan damai antara GAM dan pemerintah Indonesia di Helsinki di tahun 2005.
Panggilan Mualem yang disematkan padanya juga bukan panggilan sembarangan. Pada masa perang Aceh, gelar Mualem hanya disematkan kepada seseorang yang memiliki pengetahuan tinggi tentang ilmu kemiliteran, dan memiliki kemampuan untuk melatih pasukannya. Panggilan ini masih tersemat sampai saat ini sebagai panggilan kehormatan untuk seorang Muzakir Manaf.
Desember 2004, terjadi bencana alam maha dahsyat di Aceh. Gempa bumi dan tsunami memporak porandakan negeri Serambi Mekah itu. Ratusan jiwa melayang karena bencana ini. Ketika itu Aceh masih dalam status daerah konflik.
Tapi gempa dan tsunami telah menggugah kesadaran GAM dan Pemerintah RI untuk duduk merendah dalam satu meja perundingan.
Setelah berkonflik cukup panjang selama hampir tiga puluh tahun akhirnya perdamaian itu terjadi dalam perundingan Helsinki yang ditandangani pada 15 Agustus 2005.
Pasca MoU Helsinki, sayap militer GAM dibubarkan, dan kemudian dibentuk KPA (Komite Peralihan Aceh) sebagai wadah transisi mantan kombatan GAM ke masyarakat sipil biasa. Mualem lah yang kemudian ditunjuk memimpin Komite Peralihan Aceh itu hingga saat ini.
Desember di tahun yang sama, Muzakir Manaf muncul kehadapan publik secara resmi. Ini adalah pertama kalinya dia muncul terang-terangan. Dia cuma menyampaikan pernyataan singkat dalam konferensi pers yang berlangsung hanya 5 menit itu.
Nampaknya saat itu Mualem masih menjaga kemisteriusannya setelah bertahun-tahun bergerilya di hutan-hutan Aceh.
Pengaruh Mualem di kalangan Kombatan juga masih sangat kuat meski sudah di masa damai. Ini nampak terlihat ketika Din Minimi pemimpin kelompok bersenjata di Aceh menolak menyerahkan diri kepada aparat untuk dibawa ke Jakarta atau Banda Aceh sebelum dijemput sendiri oleh Muzakir Manaf, yang saat itu menjadi Wakil Gubernur Aceh.
Pada tahun 2007 para mantan kombatan GAM mendirikan Partai Lokal bernama Partai Aceh. Muzakir Manaf memipin partai ini selama 3 periode sejak pertama kali partai ini didirikan.

Tahun 2012, dia mencalonkan diri sebagai calon wakil gubernur, berpasangan dengan tokoh GAM dr. Zaini Abdullah sebagai Gubernurnya. Pasangan tersebut memenangkan pilkada itu. Mualem kemudina dilantik sebagai Wakil Gubernur pada tanggal 4 Juni 2012.
Tahun 2017 dia kembali mencalonkan diri dalam pilkada Aceh, kali ini sebagai Gubernur. Tapi dia dikalahkan oleh Irwandi Yusuf. Tahun 2024, dalam pilkada serentak Muzakir Manaf kembali mencalonkan diri sebagai Gubernur Aceh.
Kali ini dia menang sebagai Gubernur untuk periode 2024-2029, setelah mengalahkan Bustami Hamzah. Partai Aceh, Partai yang dipimpinnya, juga mendominasi kursi parlemen daerah Aceh dengan perolehan lebih dari 21 persen suara pemilih.
(Sumber: Aceh Opini)







Komentar