Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kembali melontarkan pernyataan keras dalam sebuah wawancara terbaru yang ramai diberitakan media Israel. Ia menegaskan bahwa gelombang kritik global terhadap Israel bukan disebabkan oleh kebijakan militernya, melainkan oleh “kebencian turun-temurun terhadap orang Yahudi”.
Dalam pernyataannya, Netanyahu mengaitkan maraknya demonstrasi pro-Palestina di berbagai ibu kota dunia—termasuk di Amerika Serikat—dengan apa yang ia sebut sebagai “dukungan terhadap Hamas dan para pembunuh bayi.” Menurutnya, aksi-aksi tersebut merupakan bagian dari “siklus sejarah kebencian terhadap Yahudi” yang telah berlangsung selama ribuan tahun.
“Setiap kali fitnah terhadap orang Yahudi muncul—seperti tuduhan meracuni sumur atau meminum darah anak-anak—hal itu selalu diikuti oleh pembantaian dan pogrom, yang berpuncak pada Holocaust,” ujar Netanyahu.
Pernyataan itu langsung memicu perdebatan luas di kalangan pengamat politik dan masyarakat internasional. Sejumlah analis menilai, komentar Netanyahu merupakan upaya untuk mengalihkan sorotan dari meningkatnya tekanan global atas operasi militer Israel di Gaza.
Menurut data terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari 40.000 warga Palestina tewas sejak serangan Israel dimulai pada Oktober 2023.
Sementara itu, pada Jumat (10/10/2025), militer Israel kembali melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan melancarkan serangan udara ke sejumlah pemukiman warga di Gaza. Hingga saat ini, Gedung Putih belum memberikan komentar terkait serangan terbaru tersebut.







Komentar