Viral Bahan Bakar Alternatif Bobibos, Diklaim Oktan 98 Setara Pertamax Turbo, Harga Cuma 4 Ribu, Ini Saran Dosen ITB

BELAKANGAN ini muncul kabar soal bahan bakar kendaraan alternatif yang dinamakan Bobibos di Bogor. Disebut sebagai bahan bakar nabati dari bahan jerami, nilai oktannya diklaim hingga 98, harga murah cuma Rp 4 ribu per liter.

Hal ini mengundang perhatian dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB) Tri Yuswidjajanto Zaenuri.

“Masyarakat harus berhati-hati dalam masalah bahan bakar seperti ini,” ujar Tri kepada Tempo, Rabu (12/11/2025).

Menurutnya, klaim bahan bakar alternatif itu harus diuji oleh pemerintah lewat Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi atau Lemigas agar aman untuk dipakai masyarakat.

Pengujian yang dilakukan terkait dengan fisika dan kimia untuk melihat kesesuaian dengan spesifikasi bahan bakar, uji simulator, dyno test yang mengukur kinerja mesin kendaraan dengan bahan bakar alternatif.

Selain itu, ada uji berkendara sejauh 1.000 kilometer untuk melihat pengaruhnya ke mesin seperti apa, dan uji emisi.

“Benar tidak klaimnya yang rendah, apakah bisa memenuhi regulasi emisi pada kendaraan Euro 4,” ujar Tri.

Jika berhasil lolos, bahan bakar alternatif bisa mendapat sertifikasi dan boleh dijual.

Kendaraan yang diuji bisa dari beberapa jenis, sesuai rencana peruntukan bahan bakar alternatif. “Biasanya dipilih kendaraan yang paling banyak digunakan masyarakat,” kata dia. Pengujian kendaraan itu juga perlu melibatkan pihak lain, seperti industri kendaraan mobil dan sepeda motor.

Sebelumnya, menurut Tri, di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah ada pihak yang mengklaim bahan bakar alternatif Banyu Geni dari air menjadi bahan bakar, namun tidak sampai diuji resmi.

Soal limbah jerami sebagai bahan bakar nabati, menurut Tri, dengan cara difermentasi limbah itu bisa menghasilkan etanol yang nilai oktannya tinggi mencapai angka 110-120. Bahan campuran bisa menurunkan nilai oktan etanol, misalnya dengan memakai bensin yang angka RON (Research Octane Number) tergolong rendah. “Masih banyak pertanyaan, kita tunggu saja perkembangannya,” kata dia.

Jika bahan bakar alternatif kendaraan dari limbah jerami ini bisa lolos uji dan aman dipakai, menurut Tri, kesejahteraan petani bisa ikut terangkat karena mereka bisa menjual limbah jerami.

Sementara itu Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di laman resminya menyatakan klaim performa dan emisi rendah dari Bobibos menawarkan harapan pada masalah energi dan kualitas udara di Indonesia. Inisiatif pembuatannya pun diposisikan sebagai produk anak bangsa yang bisa mendorong kemandirian energi dan pemanfaatan sumber daya lokal.

Klaim tersebut, menurut Unesa, memicu optimisme sekaligus skeptisisme, terutama karena peredaran bahan bakar komersial harus melalui proses pengujian dan regulasi ketat.

Reaksi publik kini terbelah antara yang antusias menyambut dengan yang mempertanyakan keamanan, keandalan mesin, dan keabsahan tes laboratorium. Sementara dokumen uji masih berada dalam kesepakatan tertutup antara penemu dan lembaga penguji, publik belum bisa memverifikasi data tersebut secara independen.

Secara ilmiah, menurut Unesa, bahan bakar nabati atau biofuel dapat menjadi alternatif BBM fosil karena pada dasarnya sama-sama campuran hidrokarbon yang dapat menyimpan energi kimia. Beberapa jenis biofuel memiliki angka oktan yang tinggi sehingga cocok untuk mesin berkompresi tinggi.

Namun, sifat kimiawi biofuel berbeda dari bensin fosil. Kandungan oksigen pada biofuel, misalnya, dapat mengubah karakteristik pembakaran, korosi bahan bakar, dan kompatibilitas dengan material sistem bahan bakar di kendaraan lama.

Oleh karena itu, setiap formulasi baru wajib diuji dari sisi stabilitas penyimpanan, korosi, kompatibilitas karet dan plastik, performa pembakaran, emisi seperti NOx dan partikel, serta dampak pada mesin jangka panjang. Tanpa pengujian lengkap, risiko kerusakan mesin atau peningkatan emisi tertentu tetap ada.

(Sumber: TEMPO)

Komentar