✍️Dr Muhammad Arifin Badri
Bersatu atas dasar sesama pecinta gowes, futsal, atau tenis dan lainnya.
Bersatu atas dasar produk, alias sesama distributor suatu barang tertentu, atau karena kepentingan jualan produk tertentu.
Bersatu atas dasar profesi tertentu.
Bersatu atas dasar tempat tinggal alias perumahan.
Bermajlis atau bersatu atas dasar sesama pecinta kopi.
Semua itu mungkin dan dengan mudah diwujudkan.
Berbagai perbedaan bisa disampaikan, berbagai kesesatan dengan mudah dilupakan, bahkan segala bentuk perbedaan agama mudah dikesampingkan, katanya: kita tidak bekerja sama dalam kesalahan dan kesesatan mereka, hanya sekedar bekerjasama dalam memasarkan atau menjalankan profesi dan hobi.
Namun persatuan Islam, sulit terwujud, karena semua orang lebih fasih mengungkit kekurangan atau kesalahan saudaranya, dan mengesampingkan begitu banyak persamaan.
Sekedar beda qunut atau tidak qunut, bersilang pendapat tentang suatu tema, maka cukup sebagai alasan untuk berpisah dan berpecah….dengan dalil memurnikan agama dan ajaran atau kekokohan dalam memegang prinsip agama.
Ada lagi alasan manhaj atau mazhab akidah, karena mereka berbeda mazhab akidah, ada mereka Asy’ari, dan si itu Ikhwani atau alasan sejenis.
Uniknya, kenapa alasan ini tidak diterapkan ketika pergi ke pasar, atau bekerja atau menyalurkan hobi, nyruput kopi atau kegiatan lainnya.
Persamaan ancaman musuh sekuler, atau liberal atau komunisme atau musuh Islam lainnya tidak cukup untuk menyatukan, bahkan kesamaan sumber rukun Islam dan iman juga tidak cukup menjadi alasan untuk bersatu.
Demikian kira kira gubahan bebas dari muatan pidato beliau (لشِّيخ د. صالح آل الشيخ)
Monggo, bagi yang bisa berbahasa Arab disimak dan direnungkan, semoga menyadarkan.






Komentar