“Kurangi nyinyir, ganti dengan doa”
Komentar salah seorang di postingan saya. Lalu saya lihat salah satu postingan di akunnya, “Orang yang hatinya bersih akan melihat kebaikan orang, bukan keburukannya.” Dia mengutip kata-kata Gus Baha.
Kelihatan bijak sekali kan? Padahal orang-orang seperti ini yang membuat penjahat berkedok pejabat di negeri ini berkeliaran.
Begini kalau ngaji setengah-setengah. Ungkapan itu kalau dipakai untuk bergaul dengan teman, saudara, tetangga, iya cocok. Lihat kebaikannya, jangan lihat keburukannya.
Tapi ungkapan itu nggak cocok dipakai untuk pejabat. Kalau kita hanya melihat kebaikan pejabat, wah banyak banget baiknya. Ada yang bangun masjid, ada yang nyumbang ini itu, ada yang begini begitu.
Tapi ternyata dia korupsi, ternyata dia menggunduli hutan, ternyata dia beking mafia tanah, ternyata dia bandar narkoba, ternyata dia otak judi online. Gimana? Lihat nyumbangnya aja dan nggak usah lihat segala kejahatannya?
Coba akalnya dipakai ya…
Para pejabat itu membuat kebijakan dan pernyataan-pernyataan. Kalau pernyataan dan kebijakan itu baik untuk rakyat, kita dukung. Kita bantu perjuangkan kebijakan itu.
Tapi kalau kebijakan, pernyataan dan tingkah para pejabat itu cuma lip service, omon-omon, pencitraan, ya dikritisi. Jangan jadi rakyat bodoh!
Ada pejabat manggul karung sendirian di antara keramaian yang nggak manggul apapun di tengah bencana, lalu ada tim kreatif yang mengarahkan gaya… berbaik sangka pada pejabat begini namanya kebodohan!
Ada pejabat yang ngomong pada masyarakat, “Kalau saya sikat mafia yang menggunduli hutan, apakah kalian bahagia?”
Pejabat begini dianggap superhero, pantaslah rakyat negeri semakin terpuruk. Kalau dia udah sikat tuh mafia hutan, udah dipenjara semua, baru kita kasih dia mahkota kehormatan. Kalau cuma ngomong, ah…basi.
Ada pejabat yang mau menyediakan alat olahraga untuk korban banjir, lalu dianggap keren. Jangan nyinyir katanya. Di mana akalmu? Mengkritisi kebijakan bodoh, disebut nyinyir, itu di mana akalnya?
Jadi kita biarkan saja para pejabat itu bermain-main dengan negeri ini? Biarkan saja para pejabat itu kerja asal-asalan dan tetap hidup kenyang dari pajak rakyat? Kita kerja keras cari uang, lalu harus bayar pajak ini itu untuk bayar gaji para pejabat itu, lalu kita nggak boleh mengkritisi kinerja mereka?
Begitu mau kau wahai orang yang merasa bersih hatinya?
(Syamsuryadi Rasyad)







Komentar