Oleh: Budi Akbar
Ada rektor yang baru dilantik tahun 2022, tetapi sangat mengetahui jika Jokowi alumni UGM daripada rektor yang menjabat antara tahun 1977-1987. Tanpa perlu menunjukkan dokumen apapun. Mirip seperti dukun. Barangkali lebih keren jika disebut sebagai Profesor Dukun.
Itulah yang dilakukan oleh Ova Emilia yang dia dan suaminya tersangkut kasus kredit macet pada sebuah Bank BUMD.
Dukun, seringkali melakukan upaya klaim dan validasi tanpa perlu melahirkan sebuah tesis yang faktual, tanpa perlu menulis sebuah jurnal ataupun artikel soal kesehatan. Hanya bermain diranah psikologi. Sukur-sukur aja kalau ada oramg yang masih percaya. Masih bisa lah memanfaatkan jasa perdukunannya.
UGM dijadikan oleh Ova Emilia seperti padepokan Mak Erot yang mampu menjanjikan bahwa jika berobat kepadanya, bisa menghasilkan ukuran kelamin yang besar dan panjang permanen serta tahan lama dipergunakan. Padahal hanya sugesti saja.
Sebagai dokter, Ova Emilia bagusnya buka praktek menggantikan Mak Erot saja, supaya ijazah Palsu Jokowi itu bisa disulap menjadi lebar, tebal dan banyak.
Sebagai akademisi standar minimal untuk mengklaim sebuah hipotesis menjadi sebuah fakta sehingga valid, paling tidak ada beberapa tahapan. Antara lain: struktur logika dan argumentasi yang terstruktur dan terukur, sumber-sumber validasi, dan alat bukti.
Ketiganya itu tidak terdapat pada pernyataan Ova Emilia yang dimintai Jokowi atau tepatnya dipaksa Jokowi untuk menjadi Humas UGM, jika ijazah Palsu Jokowi itu asli, jika identitas pendidikan Jokowi itu asli. Padahal bukan alias palsu.
Ova coba menerapkan praktek logical fallacy dalam teori feodalisme apa yang kami sebutkan tempo hari yaitu “Ad Verecundiam”, sebagai upaya validasi. Bahwa jika yang menyampaikan informasi itu adalah institusi negara yang bonafid, maka harus dipercaya, atau jika yang menyatakan sesuatu itu adalah seorang profesor dari perguruan tinggi berkelas, maka itu harus diterima kebenarannya, padahal palsu, menyesatkan dan menipu.
Metodologi itu pula lah yang seringkali dilakukan oleh lembaga-lembaga survei dan berbagai institusi negara. Bahkan termasuk media yang seringkali melabel informasi yang diperoleh oleh masyarakat secara mandiri dan berdasarkan analisa sebagai informasi yang hoax.
Tentu saja untuk mengeluarkan pernyataan itu, Ova Emilia ataupun media-media yang menyiarkan, tidak mau gratisan. Dan untuk membayarnya uang Jokowi hasil korupsinya selama berkuasa masih sangat banyak. Bahkan sekumpulan orang buta pun bisa dia hadirkan untuk datang ke rumah hasil pensiunan nya guna melihat ijazahnya.
Dan tercatat, bahwa Ova termasuk dokter dan akademisi terkaya.
Ova bisa aja !
Salam Fufufafa,
(BUDI AKBAR)








Komentar