Sebuah peristiwa memilukan terjadi di tengah situasi darurat banjir yang melanda wilayah Kota Langsa. Niat empat mahasiswi untuk mencari jalan aman dan menghindari genangan tinggi justru berubah menjadi pengalaman traumatis yang tak akan mereka lupakan. Mereka menumpang mobil seorang sopir yang awalnya dianggap dapat membantu membawa mereka melewati jalur yang sudah tergenang air. Namun, kondisi kacau itu justru dimanfaatkan pelaku untuk melakukan tindakan bejat.
Menurut informasi yang dihimpun, keempat mahasiswi tersebut duduk terpisah di dalam mobil: dua orang berada di kursi belakang, satu di bagian depan, dan korban utama duduk di posisi yang membuatnya lebih dekat dengan sopir. Situasi gelap, suara air deras, serta tekanan karena banjir membuat para penumpang fokus pada keselamatan. Justru di saat itulah, sopir tersebut melancarkan aksi tidak senonohnya secara tiba-tiba terhadap salah satu mahasiswi.
Korban tidak berdaya dan kebingungan karena berada di dalam kendaraan yang tertutup, sementara air banjir mengelilingi mobil. Teriakan panik yang terdengar oleh warga sekitar kemudian memancing perhatian. Dalam kondisi darurat bencana seperti itu, warga memang sudah berkumpul dan saling membantu menyelamatkan diri. Ketika mengetahui tindakan keji yang dilakukan sopir tersebut, massa langsung bereaksi keras.
Pelaku berhasil ditangkap warga yang marah besar setelah mendengar jeritan dan melihat korban dalam kondisi ketakutan. Tanpa menunggu lama, massa menghajar sopir itu hingga babak belur sebelum akhirnya diserahkan ke pihak yang berwenang untuk diamankan lebih lanjut. Aksi main hakim sendiri itu mencerminkan ledakan emosi warga yang merasa pelaku telah bertindak di luar batas kemanusiaan, apalagi memanfaatkan bencana demi kepentingan pribadi.
Kasus ini memicu gelombang kemarahan publik dan menambah desakan agar pengamanan bagi warga, khususnya perempuan, perlu diperketat selama masa tanggap darurat. Banyak pihak menilai bahwa pengawasan relawan, transportasi darurat, dan jalur evakuasi harus diperkuat agar kejadian serupa tidak terulang. Peristiwa ini menjadi pengingat betapa pentingnya sistem perlindungan yang responsif, terutama ketika masyarakat sedang berada dalam kondisi paling rentan.







Komentar