Tabsyir (gembira dan mengajak bersaudara) atau Tahdzir (curiga dan jauhi)?

Tabsyir (gembira dan mengajak bersaudara) atau Tahdzir (curiga dan jauhi)?

Oleh: Ustadz Anshari Taslim

Kenangan dakwah keliling di Sumbar kemarin, ketika masuk masjid ada beberapa jamaah yang penampilannya Islami sekali dengan jenggot panjang dan jubah cingkrang.

Sayapun masuk masjid dan bertanya dari kalangan manakah ini?

Ternyata salah satunya menyapa dengan senyuman hangat meski tidak kenal. Maka tahulah saya bahwa ini dari kelompok yang sedang khuruj untuk bertabligh.

Ketika ceramah kami dimulai tidak satupun dari mereka yang keluar masjid atau sibuk sendiri dengan membaca Al-Qur`an atau ada upaya tidak mau mendengar “syubhat”. Semua mereka duduk memperhatikan dengan seksama dan memperlihatkan antusias serta atensi tinggi terhadap materi yang kami sampaikan.

Keramahan dan keberanian menyapa duluan memang jadi ciri kelompok ini, karena semua diajak bersaudara.

Semangat yang didahulukan adalah semangat tabsyir bukan tahdzir.

Pahamlah saya bahwa mereka semua bukan dari kelompok yang satunya itu, yang kalau ketemu orang tak ada senyum kecuali pandangan curiga dan langsung diarahkan ke mata kaki kita.

Kalau ada kelompok yang dianggap “tak jelas” ceramah maka harus segera keluar atau ngobrol dan sibuk sendiri di pelataran masjid atau langsung pulang. Hati ini lemah sementara syubhat menyambar-nyambar, dalihnya.

Ini sebenarnya tak diajarkan langsung di majlis mereka, tapi masuk dalam alam bawah sadar mereka begitulah menghadapi para penggiat dakwah dari kelompok yang dianggap berbeda.

Bagi mereka, semangat yang didahulukan adalah semangat tahdzir bukan tabsyir.

Komentar