Sungguh Mulia Program MBG, Gak Kenal Libur

Kepala BGN tampak berhati mulia sekali ketika menyatakan bahwa MBG tetap jalan meski sekolah libur. Siswa bisa datang ke SPPG atau ke sekolah untuk ambil makannya.

Mulai sekali bukan? Memberi makan anak-anak Indonesia di sekolah ketika mereka libur. Saya berusaha keras memahami ini. Sekolah libur, tapi makan jalan terus.

Sampai kemudian ada birokrat di bahwa yang kurang pikir. Mungkin dia pikir dia benar. Dan memang dia benar. Tanpa disadari dia mengungkap kebenaran. “Anggaran harus diserap,” katanya.

Tentu saja anggaran harus dihabiskan. Kalau tidak, itu artinya kinerjanya menurun. Anggaran tahun depan bisa disunat kalau anggaran tidak habis. Karena kapasitas pelaksana tidak maksimal. Itu logika politik anggaran dan birokrasi.

Dan tentu saja dapur SPPG itu harus bekerja sepanjang tahun. Masak SPPG tutup ketika sekolah libur? Apa yang terjadi dengan karyawan-karyawannya yang sekarang barangkali jumlahnya sudah ratusan ribu orang itu? Apakah harus libur juga? Dan tidak menerima gaji? Waduh, nanti kalau diberhentikan, mereka cari kerja baru, kan harus merekrut tenaga kerja baru lagi?

Atau, bagaimana mereka makan kalau tidak kerja? Makanya harus kerja terus. Dan, MBG tetap harus disediakan. Anggarannya pun sudah ada. Paham?

Mengpa tidak ada perencanaan sebelumnya? Kan ini semua bisa direncanakan. Eh, Dul! Dimana di negeri ini ada perencanaan? Lha wong kowe sekarang makan aja nanti sore belum pasti? Kok pake perencanaan segala.

Program MBG ini kan baru jalan 11 bulan. Nanti dievaluasi lagi. Oh, jadi MBG tahun depan sudah akan merencanakan bagaimana jika para murid libur?

Siapa yang bilang begitu? Itu anggaran apa tidak harus dihabiskan? Kan sudah dianggarkan. 1,2 trilyun per hari sudah disiapkan.

Jadi? Ya itu rencananya. Menghabiskan 1,2 trilyun per hari itu. Jadi murid libur, tetap makan? Lha iyalah. Anggaran itu harus habis! Harus diserap.

Harus diserap lo ya … diserap lo ya … sampai habis! Paham kowe?

(Made Supriatma)

Komentar