Nama Kombes Julihan Muntaha belakangan menjadi perbincangan publik setelah muncul tudingan pemerasan yang diarahkan kepadanya melalui sebuah akun TikTok. Sosok yang kini menjabat sebagai Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan (Kabid Propam) Polda Sumatera Utara itu sebenarnya memiliki rekam jejak panjang dalam kepolisian.
Julihan Muntaha merupakan perwira menengah Polri dan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1995. Setelah puluhan tahun bertugas, ia dipercaya menduduki sejumlah posisi strategis di berbagai wilayah. Ia pernah mengemban jabatan sebagai Wakapolres Belitung dan Wakapolres Belitung Timur, sebelum kemudian dipercaya menjadi Kabid Propam Polda Bangka Belitung serta Kabid Propam Polda Jambi.
Selain itu, Julihan juga tercatat pernah bertugas di lingkungan Polda Aceh serta Polda Sumatera Selatan, sebelum akhirnya dipindahkan ke Sumatera Utara untuk memimpin divisi Propam.
Diterpa Isu Pemerasan, Polda Sumut Lakukan Penelusuran
Publik baru menyoroti namanya ketika sebuah akun TikTok, @tan_jhonson88, melayangkan tuduhan bahwa ia terlibat pemerasan bersama seorang rekannya, Kompol Agustinus Chandra, yang menjabat sebagai Kasubbid Paminal. Dalam unggahan tersebut, disebutkan bahwa tak sedikit korban yang merasa dirugikan dan nilai uang yang diduga diterima mencapai angka miliaran rupiah.
Polda Sumut diketahui sedang mengaudit dan mendalami kebenaran laporan yang beredar di media sosial tersebut. Kasus ini mengundang perhatian karena berkaitan dengan institusi yang bertanggung jawab terhadap penegakan etik di tubuh kepolisian.
Sebelumnya, Kombes Julihan Muntaha juga sempat terlihat pada momen pengamanan empat personel Satreskrim Polrestabes Medan yang disebut melakukan salah tangkap terhadap seorang tokoh partai politik di Medan pada Oktober 2025.
Harta Kekayaan Kombes Julihan Muntaha
Berdasarkan laporan terakhir di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), ketika ia masih menjabat sebagai Kabid Propam Polda Bangka Belitung, Julihan Muntaha memiliki total kekayaan sebesar Rp 1.469.000.000.
Walau belum ada keputusan resmi terkait isu pemerasan yang menyeret namanya, sorotan publik kini tertuju pada proses pendalaman kasus tersebut serta bagaimana Polri menindaklanjuti tuduhan yang beredar di ranah digital.
Komentar