PANTAI BONDI DAN GENOSIDA GAZA

PANTAI BONDI DAN GENOSIDA GAZA

✍🏻Azwar Siregar

Pertama sebagai sesama manusia dan saya sebagai seorang Muslim, saya berduka atas aksi terorisme di Pantai Bondi, Sydney- Australia.

Itu kejahatan keji yang menjijikkan. Tidak ada pembelaan. Terlepas dari salah satu korban adalah seorang Rabi Yahudi yang dikenal sebagai Penggalang Dana buat IDF dan Israel.

Sekalipun mungkin saja si pelaku kemungkinan bersimpati dan jijik atas kekejian dan genosida yang dilakukan oleh Israel di Palestina, tapi medan perangnya bukan di Australia.

Kalau mau, ya mainkan ke medan perangnya. Bukan di Negeri Damai yang bahkan sudah ikut mengakui keberadaan Negara Palestina.

Jujur saya curiga. Jangan-jangan pelaku bukan bersimpati kepada Palestina. Tapi bisa saja dendam pribadi, atau malah permainan spionase dari Mossad.

Bagi Mossad atau Israel, mengorbankan beberapa ratus nyawa orang Yahudi bukanlah masalah. Mereka sudah terbiasa. Yang penting tercapai tujuan yang mereka inginkan. Misalnya Australia berbalik menarik dukungan kepada Palestina.

Sekalipun si Pelaku yang konon orang Pakistan dan kemungkinan Muslim, toh Yasser Abu Shabab seorang Palestina asli, warga Gaza, malah bisa direkrut dan bekerja sama dengan Israel.

Jadi belum tentu alasan dan motivasi si Pelaku penyerangan Bondi ini pro Palestina. Kita tunggu hasil penyelidikan Polisi Australia.

Sekarang yang saya sorot adalah standar ganda dunia.

15 orang meninggal karena aksi teroris di Australia, Donald Trump langsung mengecam.

Tapi ratusan ribu bahkan anak-anak mati karena genosida dan aksi terorisme Israel di Palestina, Donald Trump cuma tutup mata.

Apakah dunia sudah terpapar Hitler-isme. Bedanya Hitler dulu menganggap ras arya/nordik paling unggul. Sementara Dunia (Barat) sekarang menganggap ras yahudi paling unggul.

Jadi nyawa 15 orang Yahudi dianggap lebih istimewa dan lebih luar biasa dibandingkan nyawa ratusan ribu orang Palestina?

Dunia sudah sampai pada tahap standar ganda yang menjijikkan!

Tahun 2019, seorang Warga Negara Australia bernama Brenton Tarrant, melakukan aksi teroris dengan menembaki jamaah masjid di Masjid Al Noor di Selandia Baru.
Lebih dari 50 orang tewas!
Sekali lagi saya katakan lebih dari 50 orang tewas!
Biadabnya, kekejiannya itu dia siarkan langsung lewat Medsos!

Tapi Dunia tidak pernah menyebutkan apalagi mengaitkan aksi terorisme si Brenton dengan Agamanya!

Sekarang ada aksi terorisme yang sama. Cuma beda korbannya saja. Bukan Muslim tapi Yahudi.

Anda tahu, terutama babi-babi di Indonesia sibuk menguik-nguik, menjelek-jelekkan Islam.

Padahal tetangga Babi-babi itu juga kemungkinan Muslim. Padahal Agama Presiden Indonesia juga Islam. Agama 90 persen Tentara dan Polisi di Negeri ini juga Islam.

Kalau Islam sejahat dan sehoror pikiran mereka, kenapa Negeri ini masih bisa aman dan damai padahal muslimnya 88 persen!

Bayangkan cuma 12 persen Non Muslim. Itu dibagi lagi dengan 5 Agama yang berbeda. Semuanya memiliki Libur Keagamaan. Termasuk yang cuma 0,05 persen!

Apakah muslim yang 88 persen itu menolak? Tidak, justru ikut menikmati liburannya.

Saya tidak tahu, apakah di Australia, muslim disana ada Libur Nasionalnya!

Tapi Muslim di Negeri ini tetap saja distigma dengan Negatif. Dituduh ajaran teroris lah…

Padahal kalau ada aksi teroris di Negeri ini, yang menangkapnya juga Polisi-polisi Muslim. Yang menghukum matinya juga Hakim Muslim.

Ayolah, berhenti mengaitkan kekejian teroris dengan Agama si Pelaku. Di Agama manapun ada umat tersesat. Bahkan di Agama Budha yang dianggap paling welas asih, ada Ashin Wirathu yang sampai dianggap Majalah Time sebagai Wajah teror abad modern.

Semoga ngga ada lagi nguikan-nguikan babi kedepannya!

(*)

Komentar