Kejadian ambruknya bangunan di Pesantren Al-Khoziny merupakan peristiwa luar biasa yang perlu diambil hikmahnya. Tanpa bermaksud sama sekali menyalahkan pihak tertentu, namun kita harus lebih berhati hati ke depan dalam masalah pembangunan pesantren.
Ada kebiasaan unik dari almarhum KH. Hayim Muzadi ketika kita berkunjung ke pesantren Al-Hikam di Depok. Yaitu beliau akan mengajak tamu dekat keliling pondok sembari memantau pembangunan. Beliau bilang kalau bikin pondok itu yang kuat pondasi dan pilarnya, sembari menunjuk dan bahkan menggedor pelan kontruksi. Dari suara gedoran itu akan ketahuan kuatnya bangunan.
Maka beliau merasa kurang puas dengan bangunan jadi yang merupakan sumbangan dari pihak tertentu yang menurut Abah dibawah setandar (kalau dalam bahasa beliau di bawah lumayan).
Di lain pihak ada cerita disampaikan oleh Pak Mas’ud Adnan di hadapan KH. Asep Sefuddin Chalim tentang kebijakan Gus Sholah menyangkut bangunan lama Pesantren Tebuireng Jombang.
Jadi begini, begitu Gus Solah dipercaya menjadi Pengasuh Pesantren Tebuireng secara penuh, hal pertama yang beliau lakukan adalah mengaudit kontruksi bangunan lama peninggalan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Secara sederhana beliau mengecek keliling pondok sambil mengetuk-ngetuk bangunan. Hasil pengecekan menunjukkan bahwa hampir semua bangunan terutama dinding sudah tidak layak lagi sehingga dilakukan renovasi besar-besaran.
Kiranya, latar belakang Gus Solah yang seorang insinyur ITB dan terkenal dengan kiai yang ahli manajemen dan disiplin membuat beliau mengambil keputusan tersebut.
Semoga kita bisa mendapatkan pelajaran berharga dari kejadian di Pesantren Al-Khoziniy Sidoarjo, pengalaman KH. Hasyim Muzadi mengenai standar bangunan Al-Hikam dan keputusan Gus Solah terkait bangunan di Pesantren Tebuireng.
(Idy Muzayyad)







Komentar