Kaesang Pernah Beli Saham Rp90 Miliar, Padahal Bisnisnya Biasa Aja!

Bisnisnya sekarang banyak yang tutup dan biasa saja, tapi kekayaannya kok gede ya? Menimbulkan banyak pertanyaan publik. Fenomena kekayaan Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden ke-7 Joko Widodo, kembali jadi sorotan publik.

Lulusan Singapore University of Social Sciences ini baru menyelesaikan kuliah beberapa tahun lalu, namun pada 2021 sudah sanggup membeli 8 persen saham PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) senilai Rp92,2 miliar. Angka fantastis bagi seorang pengusaha muda yang bisnisnya justru banyak tidak aktif.

Publik pun mulai bertanya-tanya: dari mana sumber kekayaan puluhan miliaran itu berasal?
Apakah benar semua murni hasil bisnis, atau ada aliran dana lain yang perlu ditelusuri?

Bisnis Banyak Tutup, Tapi Kekayaan Naik

Kaesang dikenal punya banyak usaha lintas sektor—mulai dari kuliner, fesyen, hingga platform digital. Namun jika ditelusuri satu per satu, hampir semua bisnisnya kini mati suri.

Beberapa di antaranya:

  • Sang Pisang: sempat populer di 2017, tapi kini nyaris tak beroperasi. Akun Instagram terakhir aktif Juni 2025.
  • Markobar: sudah lama tidak terdengar, postingan terakhir di media sosial lebih dari setahun lalu.
  • Mangkokku: masih bertahan, namun kini di bawah naungan Holywings Group—bukan lagi milik Kaesang sepenuhnya.
  • Chili Pari, Ternakopi, Sang Javas, Madhang, Goola, Siap Mas, hingga bisnis lele dan kopi—semuanya tutup atau berhenti beroperasi.

Ironisnya, meski sebagian besar bisnis meredup, kekayaan Kaesang justru tetap selangit. Pada 2021 nilainya dilaporkan mencapai lebih dari Rp90 miliar, hampir menyamai harta sang ayah yang dilaporkan ke LHKPN senilai Rp95 miliar (2023).

Modal Besar, Arah Tak Jelas

Fenomena ini menimbulkan tanda tanya besar: bagaimana mungkin bisnis yang tak berjalan bisa menghasilkan kekayaan sebesar itu?

Kaesang bahkan sempat memperoleh pendanaan besar untuk proyek Mangkokku dari Alpha JWC Ventures senilai US$2 juta (sekitar Rp28 miliar). Lalu ada juga suntikan modal besar yang disebut-sebut berasal dari perusahaan GK Hebat (PT Harapan Bangsa Kita), yang menaungi sejumlah bisnis keluarga Jokowi.

Publik mulai menyoroti apakah ada aliran dana politik atau oligarki bisnis yang mengalir ke Kaesang. Apalagi pada masa ayahnya menjabat, GK Hebat aktif menanam saham di berbagai perusahaan strategis, termasuk Panca Mitra Multiperdana (PMMP).

Potensi TPPU dan Dana Siluman?

Kecurigaan makin tajam setelah sejumlah analis mempertanyakan kemampuan finansial Kaesang yang masih berusia muda dan belum memiliki rekam jejak bisnis kuat, tapi bisa membeli saham hampir Rp100 miliar.

Beberapa pengamat ekonomi bahkan menyebut ada indikasi transaksi berpotensi Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) atau money laundering melalui skema penanaman modal di perusahaan-perusahaan tertentu.

Pertanyaannya, apakah uang yang mengalir ke GK Hebat atau ke Kaesang berasal dari hasil bisnis murni, atau justru merupakan bentuk imbal jasa politik dan koneksi kekuasaan?

Publik berhak tahu, dan lembaga pengawas keuangan seperti PPATK serta KPK sudah seharusnya menelusuri lebih dalam jejak aliran dana ini.

Bisnis “Ajaib” yang Tak Pernah Rugi

Unggahan komentar warganet pun ramai menyoroti kejanggalan ini.
“Bisnis pada tutup tapi kekayaan tetap naik, luar biasa!” tulis salah satu pengguna.
Ada pula yang menyindir, “Bisnisnya rugi tapi tetap cuan, bisnis model apa ini? Laundry?”

Pernyataan-pernyataan seperti itu mencerminkan kecurigaan publik yang makin meluas terhadap sumber kekayaan Kaesang.

Jika semua bisnis yang disebut-sebut tinggal nama, maka logika bisnis tak bisa menjelaskan asal muasal kekayaannya.

Perlu Audit dan Transparansi

Dalam konteks etika publik, apalagi kini Kaesang menjabat sebagai Ketua Umum PSI—partai yang menampilkan diri sebagai partai “bersih” dan “anak muda anti korupsi”—transparansi harta dan sumber dana menjadi sangat penting.

Karena tanpa audit terbuka dan klarifikasi detail, bayangan konflik kepentingan dan potensi penyalahgunaan kekuasaan akan terus membayangi.

Apalagi, pembelian saham senilai puluhan miliar oleh seorang yang baru lulus kuliah bukan hal biasa.
Pertanyaannya sederhana:
Dari mana uang sebanyak itu berasal?
Apakah alirannya murni bisnis, atau ada sumber lain di balik layar yang perlu diselidiki?

Komentar