Leamington Spa, Inggris – Andrea Hunt, seorang ibu asuh di Inggris yang memeluk Islam, punya cara unik dalam merawat anak-anak Muslim yang tinggal bersamanya. Ia tak hanya memberi tempat tinggal, tapi juga memastikan mereka tetap bisa menjaga agama dan budaya yang mereka bawa dari tanah asal.
Selama 27 tahun jadi foster parent, Andrea sudah merawat 106 anak. Hampir separuhnya adalah anak-anak Muslim, banyak di antaranya datang ke Inggris sebagai pencari suaka setelah kabur dari perang dan persekusi.
Keputusan Andrea menjadi mualaf datang 13 tahun lalu, setelah ia belajar tentang Islam lewat salah satu anak asuhnya. Sejak itu, ia makin mudah menjalin kedekatan dengan anak-anak Muslim yang tinggal di rumahnya.
“Saya biasanya ajak mereka ke Coventry atau Birmingham buat belanja makanan, cari baju, atau makan bareng. Kadang juga ketemu sama anak-anak asuh Muslim lainnya biar mereka nggak merasa sendirian,” kata Andrea.
Ia masih ingat salah satu remaja dari Afghanistan yang awalnya sangat tertutup setelah perjalanan panjang penuh trauma. “Besoknya dia mulai masak makanan khas Afganistan. Pas waktunya pergi, para pekerja sosial sampai nggak percaya itu anak yang sama,” kenangnya.
Mohammed Adil Alfadil, pemuda 18 tahun asal Sudan yang dulu sempat tinggal bersama Andrea, juga mengaku masih sering main ke rumahnya. “Saya selalu merasa diterima. Rasanya kayak pulang ke rumah sendiri,” ujarnya.
Tantangan di Sistem Pengasuhan
Cerita Andrea hanyalah satu contoh kecil. Di wilayah West Midlands, sekitar 16 persen anak dalam sistem pengasuhan berasal dari keluarga Muslim. Sayangnya, laporan lembaga riset Equi menunjukkan banyak dari mereka justru ditempatkan di keluarga yang tidak paham budaya atau agamanya.
“Kalau anak ditempatkan di keluarga yang ngerti iman dan budayanya, mereka lebih merasa aman dan punya pegangan identitas,” jelas Sofiah Shah, penulis laporan tersebut.
Padahal, survei Equi juga menemukan 66 persen Muslim Inggris melihat merawat anak-anak rentan sebagai kewajiban agama. Mereka 63 persen lebih terbuka jadi orang tua asuh atau mengadopsi dibandingkan masyarakat umum. Tapi kendala seperti bias budaya, minim dukungan, dan penempatan yang kurang tepat masih jadi masalah besar.
Mohammed Bashir, manajer sosial asal Walsall sekaligus pendiri Active Care Solutions, menambahkan: “Ada anak yang bilang ke pengasuh Muslimnya, ‘Kamu mengingatkanku sama ayahku’. Itu langsung bikin dia merasa lebih tenang.”
Seruan Perubahan
Andrea dan Bashir sama-sama terlibat dalam laporan Equi yang mendesak otoritas setempat untuk menjadikan pemahaman agama dan budaya sebagai standar utama dalam sistem pengasuhan, bukan sekadar tambahan.
Di Sandwell, misalnya, upaya itu sudah mulai dilakukan. “Kami berusaha mencocokkan anak dengan pengasuh sesuai latar belakang dan agama. Bahkan kami rayakan Idulfitri bareng,” kata Michelle O’Farrell-Baines dari Sandwell Children’s Trust.
Sofiah Shah menutup laporannya dengan kalimat singkat tapi kuat: “Anak-anak ini bukan cuma butuh tempat tinggal. Mereka butuh rasa memiliki.”







Komentar