Belakangan ini banyak warga NU yang mencaci Rais Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar

Abuya Yai Mif: Kiai yang Murod, Bukan Murid

Oleh: Nanal Ainal Fauz

Belakangan ini banyak warga NU yang mencaci Rais Aam PBNU, KH. Miftachul Akhyar (Yai Mif). Di antara para pencaci itu, ada yang menuduh beliau haus jabatan. Benarkah demikian?

Untuk menjawab itu, saya ingin bercerita sedikit.

Sejak Muktamar NU ke-33 tahun 2015, Yai Mif mendapat amanah sebagai Wakil Rais Aam PBNU mendampingi KH. Ma’ruf Amin. Masa jabatannya seharusnya berlangsung hingga 2020. Namun pada tahun 2018, KH. Ma’ruf Amin maju sebagai Calon Wakil Presiden RI, sehingga Yai Mif otomatis harus menggantikan beliau sebagai Pj. Rais Aam hingga akhir periode.

Dari cerita orang dekat Yai Mif, ketika KH. Ma’ruf Amin dipastikan menjadi Cawapres, Yai Mif sangat keberatan jika harus menjadi Pj. Rais Aam. Beliau sampai mengurung diri di kamar selama beberapa waktu, dan tak ada yang berani menemuinya—termasuk putra-putranya sendiri.

Saat-saat itu saya ikut mendampingi salah seorang guru saya sowan kepada KH. Maimun Zubair (Mbah Mun). Tujuannya adalah memohon agar Mbah Mun bersedia meminta Yai Mif menerima amanah sebagai Pj. Rais Aam.

“Yai Mif tidak berkenan menjadi Pj. Rais Aam, Yai,” ujar guru saya kepada Mbah Mun.

Di antara jawaban Mbah Mun yang masih saya ingat: “Minta beliau menerimanya. Kalau bukan beliau, siapa lagi?”

Beberapa hari kemudian, Mbah Mun menelpon Yai Mif dan meminta langsung agar beliau bersedia melanjutkan kepemimpinan Syuriyah PBNU. Tidak hanya Mbah Mun, KH. Nawawi Abdul Jalil dari Sidogiri juga memberikan dorongan yang sama.

Dari sini terlihat jelas bahwa Yai Mif adalah murod: kiai yang dikehendaki para sepuh untuk mengemban amanah, bukan murid yang mengejar jabatan.

Hal ini juga tampak dari jejak panjang pengabdian beliau dalam struktur Syuriyah NU. Sebelum menjadi Rais Aam PBNU 2021–2026, perjalanan khidmah beliau sangat panjang, antara lain:

•⁠ ⁠Rais Syuriyah PCNU Surabaya (2000–2005)
•⁠ ⁠Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur (2007–2013)
•⁠ ⁠Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur (2013–2018)
•⁠ ⁠Wakil Rais Aam PBNU (2015–2020)
•⁠ ⁠Pj. Rais Aam PBNU (2018–2020)
•⁠ ⁠Rais Aam PBNU (2021–2026)

Jadi, beliau tidak tiba-tiba menduduki jabatan tertinggi di NU. Beliau melalui proses panjang, dari tingkat cabang, wilayah, hingga pusat.

Perlu dipahami bahwa mekanisme pemilihan Rais Syuriyah berbeda dengan Ketua Tanfidziyah. Ketua Tanfidziyah dipilih melalui voting suara PCNU atau PWNU. Namun Rais Syuriyah dipilih oleh 9 kiai sepuh yang tergabung dalam AHWA (Ahlul Halli Wal Aqdi). Para kiai dalam AHWA itu pun ditentukan oleh para peserta muktamar atau konferensi.

Artinya, ketika Yai Mif terpilih menjadi Rais Syuriyah PCNU Surabaya, itu karena beliau dikehendaki para kiai sepuh AHWA di tingkat cabang. Ketika beliau dua periode menjadi Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur, itu pun karena pilihan 9 kiai sepuh AHWA dalam dua Konferwil.

Begitu pula ketika beliau terpilih sebagai Rais Aam PBNU dalam Muktamar 2022 di Lampung—9 kiai sepuh AHWA sepakat memilih beliau. Kesembilan kiai sepuh dalam Muktamar 2022 itu adalah KH. Dimyati Rais, KH. Mustofa Bisri, KH. Ma’ruf Amin, KH. Anwar Mansur, KH. TG. Turmudzi, KH. Miftachul Akhyar, KH. Nurul Huda Jazuli, KH. Buya Ali Akbar Marbun, dan KH. Zainal Abidin.

Sementara jabatan Wakil Rais Aam yang beliau emban pada 2015–2020 juga bukan karena keinginan pribadi. Menurut kabar yang saya dengar, KH. Ma’ruf Amin sendiri berkata: “Saya bersedia menjadi Rais Aam dengan syarat wakilnya adalah KH. Miftachul Akhyar.”

Kesimpulannya, Yai Mif bukanlah kiai yang mengejar jabatan. Para kiai sepuhlah yang selalu menunjuk dan mendorong beliau memimpin. Beliau murod, bukan murid.

Beliau dipilih para kiai sepuh karena rekam jejaknya yang kuat dalam menjaga Syuriyah NU, dan karena komitmennya dalam mengawal NU agar tetap berada pada manhaj para pendiri dan ulama-ulama terdahulu.

Semoga Allah selalu menjaga KH. Miftachul Akhyar, para ulama di Syuriyah PBNU, dan semua para ulama yang berjuang demi kemaslahatan NU dan Manhaj Ahlis Sunnah wa Jama’ah. Aamiin.

Pati, 24 November 2025
Nanal Ainal Fauz

*

Foto bawah: Surat edaran pencabutan tanda tangan Rais Aam dalam surat keputusan penetapan penasehat khusus Ketum PBNU, Charles Holland Taylor yang ternyata terafiliasi dg Zionis Yahudi.

Komentar