Apakah Abu Ubaidah masih hidup? Analis militer ungkap ‘kejanggalan’ klaim Israel

Nidal Abu Zaid, seorang pakar urusan militer, menyatakan bahwa laporan cedera parah yang dialami juru bicara Brigade Qassam Hamas, Abu Ubaidah, mungkin akurat, namun ia meragukan narasi resmi ‘Israel’ yang mengklaim bahwa ia terbunuh.

Dalam sebuah wawancara di program Nabd Al Balad Roya baru-baru ini (link), Abu Zaid menjelaskan bahwa analisisnya didasarkan pada beberapa indikator penting, yang paling menonjol adalah tidak adanya pengumuman dari badan intelijen ‘Israel’, Shin Bet, mengenai penemuan jenazah Abu Ubaidah, sebuah penyimpangan dari prosedur standar dalam operasi semacam itu.

Abu Zaid menyoroti bahwa kredibilitas intelijen ‘Israel’ dipertanyakan karena, meskipun ‘Israel’ secara resmi mengumumkan pembunuhan Abu Ubaidah, Shin Bet tidak secara terbuka mengonfirmasi keberadaan jenazahnya di tempat kejadian, sebuah kelalaian yang tidak biasa dalam operasi yang ditargetkan.

Berdasarkan perbedaan ini, Abu Zaid berpendapat: “Laporan tersebut mungkin akurat karena Abu Ubaidah menderita luka parah tetapi tidak tewas.”

Tidak ditemukannya jenazah merupakan indikator signifikan, yang menimbulkan keraguan terhadap laporan resmi, terutama mengingat sejarah operasi presisi yang dilakukan oleh badan intelijen Israel.

“Pukulan Lain bagi Israel”

Abu Zaid mencatat bahwa jika hipotesis ini terbukti benar, Abu Ubaidah yang selamat dari upaya pembunuhan langsung akan menjadi “pukulan kedua yang dilancarkan perlawanan terhadap Israel dalam waktu 24 jam,” yang menyoroti kegagalan intelijen yang berlipat ganda dan kemampuan perlawanan untuk bermanuver dan tetap tersembunyi.

Ia menekankan bahwa skenario ini menggarisbawahi fleksibilitas dan perencanaan strategis perlawanan Palestina, yang telah berhasil melindungi tokoh-tokoh simbolisnya meskipun operasi-operasi terarah yang sedang berlangsung.

Simbolisme Abu Ubaidah dan Kelangsungan Perlawanan

Pakar tersebut menekankan pentingnya ikon simbolis Abu Ubaidah dalam perlawanan, tetapi menambahkan: “Perlawanan tidak terbatas pada satu individu, bukan Abu Ubaidah, bukan Al-Dhief, bahkan Sinwar.”

Ia menunjukkan bahwa operasi perlawanan yang berkelanjutan selama 736 hari (perang Gaza), bahkan tanpa pemimpin simbolisnya, menegaskan bahwa kekuatan gerakan ini tidak terletak pada satu orang saja, melainkan pada strategi, organisasi, dan kemampuan untuk mempertahankan kinerja intelijen dan taktis di bawah tekanan yang berkelanjutan.

Abu Zaid menyimpulkan bahwa indikator-indikator ini menyoroti kegagalan berlipat ganda badan-badan Israel dalam menghadapi perlawanan dan menggarisbawahi perlunya memantau perkembangan lapangan secara cermat sebelum menerima narasi resmi sebagai kebenaran mutlak.

Di media sosial X, kabar masih hidupnya Abu Ubaidah disampaikan oleh beberapa akun X hari ini, Kamis (16/10/2025).

Dari akun X | تجارة الكون @Cosmos_politic dalam bahasa Arab (terjemahannya):

“Sebuah sumber yang dapat dipercaya di Jalur Gaza mengonfirmasikan kepada saya bahwa Abu Ubaidah, juru bicara Brigade Qassam, masih hidup, setelah menderita luka serius di tangan dan sisi kiri tubuhnya akibat pemboman Israel yang menargetkannya.

Sumber tersebut menjelaskan bahwa kelompok perlawanan telah melancarkan kampanye penipuan intelijen yang canggih untuk menyesatkan Israel agar percaya bahwa pembunuhan itu berhasil. Kebocoran yang disengaja dipublikasikan di saluran Al Arabiya milik Saudi yang mengonfirmasi kematiannya, dalam sebuah langkah terencana yang bertujuan untuk melindungi pemindahan Abu Ubaidah setelah cederanya dan mencegah Israel mengulangi serangannya.

Sejujurnya, awalnya saya ragu untuk mempublikasikan berita ini, karena topiknya berat dan kebenarannya hanya bisa diungkapkan dengan pasti. Namun, setelah memverifikasi sumbernya dengan cermat dan merujuk silang informasi lapangan yang andal, saya dapat dengan yakin memastikan bahwa Abu Ubaidah masih hidup, meskipun luka-lukanya serius dan membutuhkan perawatan jangka panjang.

Meskipun ia tidak muncul di media sejak serangan itu, sumber terpercaya yang sama mengonfirmasi kepada saya bahwa Abu Ubaidah terus mengawasi urusan militer dan media dari lokasi rahasia di Gaza, dan bahwa ia bersikeras melanjutkan pekerjaannya meskipun ia belum pulih sepenuhnya, dan menolak melepaskan tugasnya.

Patut dicatat bahwa Mohammed Deif, panglima tertinggi Brigade Qassam, menjadi sasaran pada Juli 2014 selama agresi Israel di Gaza dengan cara yang hampir sama, ketika pendudukan melancarkan serangan udara tepat sasaran di permukiman Sheikh Radwan dalam upaya untuk membunuhnya, menewaskan istri dan dua anaknya serta melukainya dengan serius. Namun, saat itu Deif lolos dari maut, sama seperti yang dialami Abu Ubaidah hari ini, dalam pengulangan skenario yang disadari Israel tidak akan mengakhiri perlawanan, melainkan justru memperkuat simbol-simbolnya dan semakin mengakar dalam kesadaran rakyat Palestina.”

Komentar