Yang disuarakan para pemimpin dunia hari ini tentang solusi dua negara, 8 tahun lalu telah dirumuskan oleh HAMAS dalam Dokumen Politik tahun 2017.
- Dokumen Politik Hamas 2017
HAMAS pada Dokumen Politik 2017 untuk pertama kalinya menyatakan kesediaan menerima wilayah Palestina berdasarkan batas 1967 (Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur).
Itu berarti HAMAS secara de facto mengakui kerangka solusi dua negara, tetapi tetap tanpa pengakuan resmi atas Israel.
- Slogan “From the River to the Sea”
Pada saat yang sama, dokumen itu juga menegaskan bahwa seluruh tanah Palestina, dari Sungai Yordan hingga Laut Mediterania, adalah milik rakyat Palestina.
Jadi HAMAS tidak mencabut klaim sejarah dan ideologisnya terhadap seluruh Palestina.
- Paradoks yang Rasional
HAMAS menerima batas 1967 bukan karena kompromi ideologis, tetapi sebagai kompromi politik-taktis.
Mereka melihatnya sebagai langkah minimum yang realistis dalam kondisi sekarang, tanpa memberi legitimasi pada Israel.
Hamas belajar dari pengalaman:
- PLO (Fatah) menerima Israel secara resmi lewat Perjanjian Oslo 1993.
- Tetapi hasilnya: Wilayah Palestina justru semakin tergerus, perluasan permukiman Israel makin agresif di Tepi Barat, dan negara Palestina merdeka tak pernah terwujud.
- Bagi Hamas, ini adalah bukti kegagalan model “negosiasi damai” ala PLO.
- Rasionalitas Sikap Hamas
HAMAS ingin membedakan diri dari PLO:
- Mereka bersedia mengambil wilayah 1967 sebagai basis, tapi tidak mau mengulangi kesalahan PLO yang memberi legitimasi kepada Israel tanpa jaminan hasil.
Dengan posisi ini, HAMAS bisa menyampaikan dua pesan:
- Untuk komunitas internasional: HAMAS bisa menunjukkan sikap “realistis” karena menerima basis solusi dua negara.
- Untuk rakyat Palestina: HAMAS tetap konsisten tidak mengkhianati prinsip bahwa tanah Palestina dari sungai sampai laut adalah milik mereka.
(Kang Irvan Noviandana)







Komentar