WIKA Masih Rugi Rp7,12 Triliun Akibat Proyek Woosh

Kerugian besar terus membayangi PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) imbas keterlibatannya dalam proyek Kereta Cepat Whoosh Jakarta–Bandung. Tak hanya membebani keuangan negara, proyek berbiaya jumbo itu juga membuat salah satu BUMN konstruksi terbesar ini tersungkur semakin dalam.

Dalam laporan keuangan tahun buku 2023, WIKA mencatat kerugian hingga Rp7,12 triliun, melonjak drastis dibanding rugi tahun sebelumnya yang hanya Rp59,59 miliar. Peningkatan rugi lebih dari 11.800 persen ini menunjukkan tekanan berat yang dihadapi perusahaan.

Diseret Penyertaan Modal dan Dispute Proyek

Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, menjelaskan bahwa kerugian besar itu dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya keterlibatan WIKA dalam proyek Whoosh melalui penyertaan modal di PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) senilai lebih dari Rp6,1 triliun. PSBI merupakan pemegang saham mayoritas PT KCIC, bersama Beijing Yawan HSR Co Ltd.

“Sejak 2022 kami mulai mencatat kerugian dari PSBI, yang jumlahnya cukup besar setiap tahun,” kata Agung dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI.

Tak berhenti di situ, WIKA juga masih menghadapi dispute konstruksi di proyek Whoosh yang belum terselesaikan. Sengketa ini menambah tekanan pada keuangan perusahaan yang sudah terhimpit beban berat.

Beban Usaha Melonjak Tajam

Laporan keuangan perusahaan menunjukkan sejumlah pos beban meroket jauh. Beban lain-lain tumbuh hingga 310 persen menjadi Rp5,40 triliun, sementara beban keuangan naik 133,7 persen menjadi Rp3,20 triliun.

Kenaikan ini memperlihatkan bahwa cost overrun dan pembengkakan pendanaan bukan lagi risiko potensial, tetapi sudah berubah menjadi beban nyata yang memukul neraca WIKA.

Obligasi yang Harusnya Menolong Malah Jadi Beban Baru

Untuk mencari tambahan dana segar, WIKA menerbitkan sejumlah obligasi. Namun langkah itu justru membuat posisi perusahaan makin sulit. Total bunga obligasi yang kini harus ditanggung perusahaan sudah menembus Rp11 triliun.

“Untuk mendapatkan pendanaan, mau tidak mau WIKA harus menerbitkan obligasi. Tetapi konsekuensinya, beban bunga ikut membengkak,” ujar Agung.

Kondisi ini membuat manajemen harus bekerja ekstra keras memulihkan kesehatan finansial perusahaan yang tersandera proyek raksasa.

Komentar