Menteri Luar Negeri Turki dalam pertemuan di Doha Qatar mengatakan pada hari Sabtu (6/12/2025) bahwa pelucutan senjata Hamas tidak dapat menjadi prioritas utama di Gaza, karena para mediator berupaya melaksanakan tahap kedua dari kesepakatan damai untuk wilayah Palestina.
“Itu tidak bisa menjadi hal pertama yang harus dilakukan dalam proses ini, pelucutan senjata. Kita perlu menempatkan segala sesuatunya pada tempatnya, kita harus realistis,” jawab Hakan Fidan ketika ditanya tentang pelucutan senjata kelompok bersenjata Palestina tersebut, yang menurut Hamas tidak akan diizinkan.
Penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza
Qatar dan Mesir, penjamin gencatan senjata Gaza, pada hari Sabtu menyerukan penarikan pasukan ‘Israel’ sepenuhnya dari wilayah Gaza dan pengerahan pasukan stabilisasi internasional sebagai langkah selanjutnya yang diperlukan dalam pelaksanaan penuh perjanjian yang rapuh ini.
Langkah-langkah tersebut dijabarkan dalam rencana perdamaian yang didukung AS dan PBB yang sebagian besar telah menghentikan pertempuran, meskipun para pihak belum sepakat tentang bagaimana melanjutkan dari tahap pertama kesepakatan tersebut.
Langkah awalnya (tahap pertama yang sudah dilakukan) adalah pasukan ‘Israel’ mundur di balik apa yang disebut “garis kuning” wilayah Gaza, sementara Hamas membebaskan para tawanan yang masih hidup dan menyerahkan jenazah semua korban tewas.
“Sekarang kita berada di momen kritis (tahap kedua)… Gencatan senjata tidak dapat diselesaikan kecuali ada penarikan penuh pasukan Israel (dari Gaza) dan adanya stabilitas di Gaza,” ujar Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, di Forum Doha, sebuah konferensi diplomatik tahunan.
Qatar, bersama Mesir dan Amerika Serikat, membantu mengamankan gencatan senjata yang telah lama sulit dicapai, yang masih rapuh.
Poin-poin penting yang juga muncul terkait implementasi fase kedua, yang belum dimulai, termasuk pertanyaan tentang perlucutan senjata Hamas.
Hamas mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka siap menyerahkan persenjataannya di Jalur Gaza kepada otoritas Palestina dengan syarat pendudukan tentara ‘Israel’ berakhir.
“Senjata kami terkait dengan keberadaan pendudukan dan agresi,” kata kepala negosiator Hamas, Khalil al-Hayya, dalam sebuah pernyataan.
“Jika pendudukan berakhir, persenjataan ini akan ditempatkan di bawah otoritas negara,” tambahnya.
Ketika ditanya oleh AFP, kantor Hayya mengatakan bahwa yang ia maksud adalah negara Palestina yang berdaulat dan merdeka.
Berdasarkan rencana yang disahkan oleh PBB pada bulan November, ‘Israel’ akan menarik diri dari posisinya, Gaza akan dikelola oleh badan pemerintahan transisi yang dikenal sebagai “Dewan Perdamaian”, dan pasukan stabilisasi internasional akan dikerahkan.
“Kita perlu mengerahkan pasukan ini sesegera mungkin di lapangan karena satu pihak, yaitu Israel, setiap hari melanggar gencatan senjata,” kata Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty di Forum Doha.
“Tujuan Utama”
Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan kepada forum tersebut bahwa pembicaraan mengenai pasukan stabilisasi sedang berlangsung, dengan pertanyaan kritis yang masih tersisa mengenai struktur komandonya dan negara mana yang akan berkontribusi.
Fidan mengatakan tujuan pertama pasukan stabilisasi “seharusnya adalah memisahkan warga Palestina dari Israel”.
Menlu Mesir Abdelatty menyetujui gagasan tersebut, menyerukan agar pasukan tersebut dikerahkan di sepanjang “garis kuning untuk memverifikasi dan memantau” gencatan senjata.
Telah terjadi beberapa insiden mematikan di mana pasukan ‘Israel’ menembaki warga Palestina di sekitar garis kuning sejak gencatan senjata berlaku.
Turki, yang juga merupakan penjamin gencatan senjata, telah mengindikasikan keinginannya untuk berpartisipasi dalam pasukan stabilisasi, tetapi upayanya dipandang negatif oleh ‘Israel’.
Fidan mengatakan pelucutan senjata Hamas seharusnya tidak menjadi prioritas utama di Gaza.
“Kita perlu menempatkan segala sesuatunya pada tempatnya, kita harus realistis,” ujarnya di forum tersebut.
Ia juga mendesak AS untuk campur tangan dengan Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu guna memastikan keberhasilan rencana tersebut.
“Jika mereka tidak campur tangan, saya khawatir ada risiko rencana itu bisa gagal,” kata Fidan.
“Jumlah pelanggaran gencatan senjata harian oleh Israel tak terlukiskan saat ini dan semua indikator menunjukkan bahwa ada risiko besar untuk menghentikan prosesnya.”
https://en.royanews.tv/news/65508/Disarming-Hamas-not-first-priority-in-Gaza%3A-Turkey%E2%80%99s-FM







Komentar