Terapi Penyakit LGBT dengan “Brain Hacking”

Terapi Penyakit LGBT dengan “Brain Hacking”

Bismillah, komen di sebuah postingan:

a. Kalau dibaca, tahap “membayangkan” (perbuatan, yang dilakukan dalam terapi BRAIN itu) sebagai cek keberhasilan terapi yang diusahakan. Bila si penderita tampak mual atau muntah, berarti terapi berhasil). Meskipun tentu, ini subjektif.

b. Kalau dibaca, tahap “membayangkan” (perbuatan) itu bukan INTI dari terapi, tapi sebagai “test hasil” terapi. Seperti pandai besi membuat sebilah dagger selama berhari hari. Setelah jadi, si dagger ditest dengan dibacokkan ke benda benda keras.

c. Ya inti dari metode BRAIN itu sejatinya ruqyah dan membangun persepsi. Bagian pertama mengajak istighfar, kemudian dibacakan ruqyah, kemudian membangun persepsi. Sepaham saya, prosesnya begitu. Dan itu juga ditempuh oleh para terapis ruqyah yang lain untuk menghadapi problem yang sama.

d. Secara emosional atau fungsi otak, memang masalah itu komplek. Tapi masalah SSA itu akarnya adalah kelalaian diri sehingga masuk “driver baru” dalam diri. Si driver ini lah yang melakukan tugas perubahan perilaku dan penyimpangan seksual tadi. Dan solusinya memang metode ruqyah. Itu yang paling praktis. Dan tak usah takut “otak akan pecah”, karena ruqyah dasarnya bacaan Al-Quran dan doa-doa.

e. Secara keseluruhan, untuk mengobati pelaku “Lagi Bete” kurang lebih sebagai berikut:
. Alam istighfar (memohon ampunan kepada Allah Al-Ghafuur)
. Pembacaan ruqyah (bisa sekali, bisa berkali kali; bisa sehari, bisa berhari-hari)
. Memperbaiki persepsi ke arah normal (seperti Nabi Luth ‘Alaihissalam berkata “apa di antara kalian tidak ada orang yang berakal”, dan untuk itu diperlukan diskusi dengan penderita)
. Perubahan lingkungan, jaringan, pertemanan, kebiasaan (misalnya bertani, berkebun, nelayan, dll. Dan sebaiknya jangan ke pesantren lagi kalau dulunya “kena” di pesantren).

□ Kami senantiasa mendukung usaha-usaha untuk mengatasi masalah “Lagi Bete” ini, dengan berbagai frekuensi dan metode positifnya.

Demikian, semoga bermanfaat. Wallahu A’lam bisshowaab.

(Sam Waskito)

Komentar