Takdir Tidak Ada Hubungannya Dengan Aturan dan Konsekuensi

Takdir Tidak Ada Hubungannya Dengan Aturan dan Konsekuensi

✍🏻KH Abdul Wahab Ahmad

Banyak orang awam yang agak alergi pada kata takdir sebab menyangka mengucap takdir berarti tidak mau pada aturan dan tidak menerima konsekuensi perbuatan. Banyak sekali meme yang dibuat untuk menertawakan kata takdir sebab alasan tersebut. Padahal, takdir tidak ada hubungannya dengan itu semua.

Orang sakit mau minum obat, itu takdir. Orang sakitnya tidak mau minum obat, itu juga takdir. Bedanya, yang pertama mau ikhtiar sedangkan yang kedua tidak mau. Nanti hasilnya yang terjadi sehat atau tidak, itu juga takdir.

Orang bodoh mau belajar, itu takdir. Orang bodoh tidak mau belajar, itu juga takdir. Bedanya, yang pertama mau ikhtiar sedangkan yang kedua tidak. Nanti hasilnya yang terjadi jadi pintar atau tidak, itu juga takdir.

Orang miskin mau berusaha keras untuk kaya, itu takdir. Orang miskinnya bermalas-malasan dan hanya banyak mengeluhkan hidup, itu juga takdir. Bedanya, yang pertama mau berusaha sedangkan yang kedua tidak. Nanti hasilnya yang terjadi menjadi kaya atau tidak, itu juga takdir.

Orang memilih jadi orang baik dan ahli ibadah adalah takdir. Orang memilih jadi kafir, penjahat dan ahli maksiat juga takdir. Bedanya, yang pertama mendapat pahala sedangkan yang kedua mendapat siksa.

Orang yang menjadikan takdir sebagai keyakinan bahwa semua kejadian, entah itu baik atau jahat, berasal dari kehendak Allah yang mutlak pasti terjadi adalah takdir. Orang yang menjadikan takdir sebagai alasan untuk lepas dari tanggung jawab juga takdir itu sendiri. Bedanya, yang pertama adalah orang yang mengerti soal takdir sedangkan yang kedua adalah orang yang bodoh asal bicara.

Dan, takdir itu kebanyakan bisa diprediksi sesuai dengan sunnatullah sebab pemberlakuan sunnatullah di dunia adalah takdir yang ajeg. Siapa yang makan ditakdirkan kenyang, siapa yang tidak minum ditakdirkan haus, siapa yang menyayat kulitnya dengan pisau akan terluka. Itu semua adalah takdir yang bisa diprediksi. Hanya sangat sedikit kasus yang keluar dari pola sunnatullah ini, yaitu dalam kasus mukjizat nabi, karamah wali, ma’unah bagi orang biasa dan istidraj bagi orang yang buruk.

Semoga bermanfaat.

Komentar