Tak Disangka, Reuters.com Kini Jadi Media Eropa yang Suarakan Palestina

Selama bertahun-tahun, wacana tentang Palestina di media Barat sering kali terasa timpang. Narasi yang muncul lebih banyak menggambarkan sudut pandang Israel, sementara penderitaan rakyat Palestina kerap tersisih atau diberi porsi kecil. Namun kini, ada secercah perubahan. Media-media besar Eropa mulai lebih berani dan proaktif dalam memberitakan situasi di Gaza.

Reuters, kantor berita yang berbasis di London, misalnya, dalam beberapa pekan terakhir menjadi salah satu sumber utama liputan mendalam soal krisis kemanusiaan di Gaza. Mereka tak ragu menyiarkan fakta tentang serangan drone terhadap kapal bantuan kemanusiaan, tentang ekspansi pemukiman di Tepi Barat, hingga aksi solidaritas internasional lewat armada flotila. Ini penting, karena Reuters adalah media global yang liputannya dijadikan rujukan oleh banyak kantor berita lain di dunia.

Perubahan sikap media Eropa ini tidak lepas dari realitas politik terbaru. Inggris sendiri baru saja mengakui Palestina sebagai negara berdaulat dan memberikan akses penuh pada kedutaan Palestina di London untuk mengibarkan bendera mereka. Momentum ini memberi ruang bagi media arus utama untuk lebih lantang mengangkat sisi kemanusiaan Palestina, tanpa takut dicap bias.

Beruntunglah kita, karena opini publik internasional sangat dipengaruhi oleh media. Semakin banyak pemberitaan yang jujur dan berimbang tentang Gaza, semakin besar pula tekanan moral terhadap komunitas global untuk menghentikan penderitaan rakyat Palestina. Bukan berarti semua media Eropa kini berpihak penuh pada Palestina, tetapi adanya ruang liputan yang lebih manusiawi adalah awal yang patut disyukuri.

Di tengah lautan informasi yang sering membingungkan, hadirnya media Eropa yang berani membuka mata dunia terhadap realitas Gaza adalah harapan baru. Dunia akhirnya mulai mendengar jeritan Palestina, bukan sekadar lewat suara aktivis, tetapi juga lewat tajuk utama media-media besar yang punya pengaruh global.

Komentar