🔴Banyak orang dulu memilih dia karena dianggap anti radikalisme. Di bawah dia, gerakan Islam yang progresif ditindas habis. Dan, dia berhasil berkuasa karena membelah pemilih Islam dan menakut-nakuti pemilih minoritas. Jadilah pemilih minoritas memilih dia dengan angka sekitar 90%.
Kini setelah dia terpojok, dia merangkul lawan-lawan yang dulu dia hajar dengan keras. Seolah tidak ada rasa bersalah. Tidak ada masa lalu. Yang konstan adalah kepentingan. Yang lain boleh bergerak kemana saja.
Tinggallah orang-orang yang dulu mendukungnya. Bagaimana harus bersikap? Golongan pertama tetap setia hingga ke bulu dubur. Mereka mulai bikin pembenaran, seperti rajin ngomong rekonsiliasi dan persatuan misalnya.
Yang kedua garuk-garuk apa aja yang tidak gatel. Sambil berusaha memahami: kok bisa begini ya?
Yang ketiga merasa dikhianati dan marah.
Kita tidak tahu mana yang lebih banyak sekarang di kalangan para pendukungnya itu.
Sodara, politik akan lebih baik dan berguna kalau para politisi punya tulang belakang. Kalau para politisi mau jujur menyatakan di pihak mana dia berdiri.
Politisi yang Anda lihat disini bukan tipe yang bertulang belakang. Kita bahkan tidak tahu di mana ia berdiri. Dulu dia jual imajinasi pro rakyat. Ternyata dia pro kekuasaan. Pro keluarganya yang sekarang hidup luar biasa mewah itu.
Orang ini akan bersedia menukar apa saja demi kekuasaan. Apa saja.
Anda masih percaya pada politisi macam begini dan keluarganya?
Oh ya, sebagian besar politisi kita macam ini. Kita bisa menjumpainya di mana saja. Bahkan tidak hanya politisi tapi juga akademisi, intelektual, dan bahkan aktivis!
Tidak ada nilai, tidak ada pegangan, tidak ada ideologi … hanya cuan dan kekuasaan!
(✍️Made Supriatma)
*fb penulis







Komentar