Sejarah Kolonisasi Yahudi di Palestina

Jewish colonization in Palestine

Kolonisasi Yahudi di Palestina mengacu pada gelombang imigrasi dan pemukiman oleh orang-orang Yahudi, yang terutama didorong oleh gerakan Zionis, dimulai pada akhir abad ke-19. Gelombang migrasi ini, yang dikenal sebagai Aliyah, mengubah demografi wilayah tersebut dan meletakkan dasar bagi berdirinya Negara Israel.

Gelombang Imigrasi Yahudi (Aliyah)

Aliyah Pertama (1882–1903)

  • Imigran: Sekitar 25.000 hingga 35.000 orang Yahudi, sebagian besar melarikan diri dari pogrom dan penganiayaan di Eropa Timur dan Rusia.
  • Pemukiman: Imigran, banyak di antaranya dari gerakan Hovevei Zion dan Bilu, mendirikan komunitas pertanian (moshavot) dengan bantuan para dermawan seperti Baron Edmond de Rothschild.
  • Komunitas baru: Rishon LeZion, Rosh Pinna, dan Zikhron Ya’akov.

Aliyah Kedua (1904–1914)

  • Imigran: Sekitar 35.000 orang Yahudi, sebagian besar masih muda, berhaluan sosialis, dari Rusia dan Polandia.
  • Ideologi: Gelombang ini terkenal karena ideologi sosialis dan Zionisnya yang kuat, yang memengaruhi karakter banyak permukiman.
  • Fondasi: Para imigran Aliyah Kedua mendirikan kibbutzim (pertanian kolektif) pertama, kota Tel Aviv, federasi buruh Histadrut, dan organisasi bela diri Haganah.

Aliyah Ketiga (1919–1923)

  • Imigran: Sekitar 35.000 hingga 40.000 orang Yahudi, terutama dari Eropa Timur, tiba setelah Perang Dunia I dan Deklarasi Balfour.
  • Signifikansi: Kendali Inggris dan penggabungan Deklarasi Balfour ke dalam Mandat Palestina menciptakan kondisi yang memungkinkan peningkatan permukiman.

Aliyah Keempat (1924–1928)

  • Imigran: Sekitar 82.000 orang Yahudi, banyak di antaranya adalah keluarga kelas menengah yang melarikan diri dari meningkatnya antisemitisme dan kesulitan ekonomi di Polandia dan wilayah Eropa lainnya.
  • Pemukiman: Gelombang ini menyebabkan peningkatan populasi kota-kota besar dan kecil yang signifikan, mendorong pertumbuhan usaha kecil dan industri ringan.

Aliyah Kelima (1929–1939)

  • Imigran: Sekitar 225.000 hingga 300.000 orang Yahudi tiba, menjadikannya gelombang imigrasi terbesar hingga saat itu.
  • Konteks: Gelombang ini dipicu oleh penganiayaan di Eropa Tengah, terutama dengan kebangkitan partai Nazi.
  • Hasil: Arus masuk imigran yang besar menyebabkan lonjakan investasi tetapi juga berkontribusi pada Pemberontakan Arab 1936–1939. Buku Putih Inggris tahun 1939 sangat membatasi imigrasi Yahudi.

Organisasi dan Faktor Kunci

  • Dana Nasional Yahudi (JNF): Didirikan pada tahun 1901, JNF berperan penting dalam pembelian tanah di Palestina atas nama orang Yahudi. Pada tahun 1948, JNF memiliki sebagian besar tanah yang dimiliki oleh orang Yahudi di wilayah Mandat.
  • Badan Yahudi untuk Israel: Ditetapkan sebagai “badan Yahudi” resmi oleh Mandat Liga Bangsa-Bangsa untuk Palestina, organisasi ini bertanggung jawab untuk mengoordinasikan imigrasi, pembelian tanah, dan perencanaan permukiman.
  • Histadrut: Didirikan pada tahun 1920, federasi buruh Yahudi ini menjadi lembaga dominan di Yishuv (badan penduduk Yahudi), memiliki perusahaan-perusahaan besar dan membantu membangun infrastruktur Yahudi.
  • Mandat Inggris (1920–1948): Setelah jatuhnya Kesultanan Utsmaniyah, Inggris mengelola Palestina. Meskipun terdapat perjanjian yang saling bertentangan—termasuk Deklarasi Balfour yang mendukung “rumah nasional bagi orang Yahudi”—kebijakan Inggris tentang penjualan tanah dan imigrasi menjadi sumber utama konflik antara populasi Yahudi dan Arab.

Pergeseran Demografi

Imigrasi Yahudi secara signifikan mengubah demografi Palestina, meningkatkan populasi Yahudi dari minoritas kecil menjadi persentase substansial pada tahun 1948.

  • Sensus 1922: Menunjukkan populasi Yahudi sekitar 84.000 jiwa (11% dari total).
  • Sensus 1931: Populasi Yahudi meningkat menjadi lebih dari 174.000 jiwa (17% dari total).
  • Sensus 1947: Populasi Yahudi tumbuh menjadi lebih dari 630.000 jiwa, mewakili lebih dari 30% populasi.

Komentar