“Sadarlah, NU sudah dirusak oleh Jokowi selama 10 tahun!!”

NU SEDANG JADI TELUR ITIK

Oleh: Moeflich H. Hart (Dosen UIN Bandung)

Para aktifis dan kalangan internal NU mengatakan, prahara NU panas kini berasal dari persoalan tambang. Mahfud MD juga menegaskan, ini semua berawal dari soal tambang. “Malu kita,” kata Mahfud.

Konsensi 26.000 hektar tambang buat NU di Kalimantan Timur dari Jokowi. Disitulah pimpinan NU mulai pecah, para petingginya beda keinginan. Ulama, kiyai mulai pecah. Empat pimpinan NU tak mau tanda tangan surat-surat, “organisasi sudah macet, tidak berjalan, sudah masing-masing,” kata Gus Nadir Hosen. Dari situlah kisruh dan prahara NU bermula.

Sekarang, KH. Akhyar tegas memberhentikan, KH. Yahya Tsaquf tegas melawan. “Ini bahaya buat masa depan NU,” kata Mahfud. Karena NU adalah bagian besar Islam Indonesia, warga nahdliyin, para pengamat dan netizen membicarakan kegaduhan organisasi ulama ini. Saya ingin sedikit bicara sebagai refleksi tausiyah.

Komunitas Telur Itik

Ada lima komunitas manusia dalam hidup ini yang disimbolkan oleh lima istilah: Komunitas Lipstik, Komunitas Telur Itik, Komunitas Diskotik, Komunitas Logistik dan Komunitas Batu Keusik. Saya jelaskan lima makna simbol itu secara singkat.

  • Komunitas Lipstik adalah komunitas yang basis dan andalannya adalah mulut. Lipstik atau mulut adalah simbol dari kesenangan di mulut, kesenangan ngobrol ngalor ngidul, bergosip, kesenangan kumpul dan tukang cekakak-cekikik, tak ada arah dan tujuan, ngopdud sambil ngabisin waktu. Ciri dari komunitas Lipstik adalah tak ada ikatan, bebas, tak ada obrolan ilmu dan tak ada nasehat, saling menegur dan mengingatkan.
  • Komunitas Telur Itik adalah simbol benda yang mudah pecah. Kepukul sedikit pecah, jatuh sedikit pecah, bawanya harus hati-hati. Telur itik adalah simbol komunitas-komunitas untuk urusan, kepentingan atau memperebutkan dunia: Bisnis, keuntungan, harta dan uang. Disini adalah partai politik, organisasi pencari proyek, komunitas prestise dunia yaitu uang, harta dan kekayaan. Apapun nama komunitas dan organisasinya, mau pakai agama atau tidak, bila yang dicarinya adalah dunia, itu adalah komunitas telur itik. Cirinya: Sering panas, sering ribut, mudah konflik, saling jegal dan saling mementingkan diri dan kelompoknya serta mudah pecah. Kepentingan pragmatis dunianya habis, bubar.
  • Komunitas lainnya, intinya saja ya. Komunitas Diskotik adalah komunitas hura-hura untuk mencari kesenangan sementara. Misalnya, grup musik sekuler, pemujaan artis, artis fans club dll. Hiasannya kebebasan pergaulan, narkoba seks. Simbol tempatnya ya diskotik. Cirinya kekesongan jiwa, kegersangan hati dan disorientasi.
  • Komunitas Logistik adalah komunitas orang-orang kaya. Ini kumpulan orang-orang berduit. Apapun nama grup dan komunitasnya, bila ciri dan syaratnya adalah bonafiditas, itu adalah komunitas logistik. Misalnya, komunitas golf, arisan mahal ratusan juta, grup-grup sosialita, komunitas flexing, grup-grup motor gede, grup modif kendaraan mahal dll. Cirinya, berduit, pailit apalagi jatuh miskin bubar.
  • Terkahir, komunitas batu keusik. Batu dan pasir bersatu menjadi adonan bangunan. Kuat, kokoh dan tahan lama. Ini adalah komunitas-komunitas agama, kajian/pengajian, organisasi masjid, majlis taklim, kelompok dzikir, kelompok hijrah, dan ormas Islam yang tujuan dan aktivitasnya berdakwah. Cirinya, kuat, kokoh, ikatan emosionalnya kuat, silaturahminya kuat, bukan untuk kepentingan dunia dan bukan mencari kesenangan dunia.

Ketika NU tergoda dan menerima tambang dengan bayangan NU akan makmur dan kaya, NU sedang menjadi komunitas telur itik, terutama di kalangan petingginya.

Makanya, cirinya pasti konflik, ribut, mudah pecah dan konflik berkepanjangan.

Padahal, nama organisasinya Ulama yang kekayaan batinnya sudah dimilikinya sejak lama dengan kekayaan pesantrennya dan kekayaan batin khazanah tarekatnya. “Malu kita,” kata Mahfud MD.

Solusinya gampang: Tinggalkan fatamorgana tambang itu, tinggalkan hawa nafsu dunia itu.

Sadarlah, bahwa NU sudah dirusak oleh Jokowi selama 10 tahun!!

Wallahu a’lam.

Komentar