Pidato Prabowo “menguntungkan” Israel. Sungguh sebuah dosa besar bagi umat lslam dan kemanusiaan sekaligus

CATATAN Farhan Abdul Majiid:

Kita menyaksikan Indonesia dipuji oleh Mbahnya Zionis karena mau membela kepentingan mereka secara terbuka di PBB.

Sesuatu yang tidak pernah terbayangkan dan amat disayangkan.

Apakah pernyataan Prabowo sepenuhnya salah?

Secara substansi, tidak sepenuhnya salah. Sebab, posisi politik Indonesia adalah mendukung two-states solution. Artinya, akan ada dua negara yang hidup berdampingan: Palestina dan I**el. Kecuali, Indonesia berubah sikap, yakni menjadikan Palestina sebagai satu-satunya negara berdaulat di kawasan tersebut. Bagi saya, ini solusi ideal, tapi jauh lebih sulit diwujudkan dibandingkan posisi two-states solution tadi.

Lalu, masalahnya di mana?

Momentum tidak tepat.

Di PBB hari itu, kita menyaksikan perubahan sikap banyak “Old Powers” yang mengakui Palestina sebagai negara berdaulat, bukan lagi wilayah terokupansi. Bahkan, termasuk Inggris dan Prancis.

Artinya, saat itu, posisi politik I***el sedang terpojok. Mereka menyebut ini adalah bentuk backstabbing (menusuk dari belakang).

Lho, kok bisa-bisanya pemimpin negara dengan mayoritas Muslim yang punya sejarah panjang pembelaan terhadap Palestina malah secara terbuka memberi ruang menyebut Is**el di sana. Bahkan siap bekerja sama dan mendukung keamanan mereka. Lebih menyedihkannya lagi, tidak sedikit pun menyebut genosida dan penjajahan sebagai akar masalah. Seolah ini hanya soal keamanan saja.

Kalau tidak disebut sikap yang, mohon maaf, “bodoh”, itu sekurang-kurangnya adalah “kenaifan yang teramat disayangkan”. Semua orang sudah tahu apa konsekuensi dari two-state solution. Tapi persoalan utama hari ini adalah menghentikan genosida.

Ketika negara koloni kolot seperti Prancis dan Inggris saja mengubah sikapnya karena ada kejahatan kemanusiaan luar biasa, meski tidak disebut langsung, kok bisa, negara yang selama ini mengutuk I***el untuk kekejaman di luar nalar malah mendukung kepentingan keamanan penjajah?

Akhirnya, harga yang harus dibayar untuk kenaifan itu adalah pidato yang dimanfaatkan untuk melanggengkan penjajahan.

Sungguh sebuah dosa besar bagi umat lslam dan kemanusiaan sekaligus.

Sedihnya, partai-partai di Indonesia yang selama ini mendukung Palestina, baik di spektrum kiri ataupun kanan, diam melihat kenaifan dan kebodohan ini.

Memang, jerat kekuasaan seringkali membisukan kebenaran dan membutakan hati nurani.

Sungguh menyedihkan.

Kita semua perlu bertaubat. Semoga Allah ampuni kita semua…

Komentar