Pengelola Starbucks di Indonesia Rugi Rp 108 Miliar

EMITEN pengelola gerai kopi Starbucks, PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB), mengalami kerugian sebesar Rp 108,69 miliar hingga akhir September 2025.

Berdasarkan Laporan Keuangan MAPB per kuartal III-2025 yang dirilis di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, kerugian ini membengkak 37,3 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 79,13 miliar.

Sementara itu, penjualan dan pendapatan usaha juga tercatat menurun menjadi Rp 2,35 triliun pada akhir September 2025. Sedangkan pada September 2024, penjualan dan pendapatan usaha MAPB tercatat sebesar Rp 2,42 triliun.

Adapun MAPB memiliki tujuh anak perusahaan lainnya, yaitu PT Sari Sandwhich Indoensia (Subway), PT Sari Ice Cream Indonesia (Cold Stone Creamery, Godiva), PT Premier Doughnut Indonesia (Krispy Kreme, Toast Box), PT Agung Mandiri Lestari (Genki Sushi), PT Sari Food Lestari (Paul Bakery), serta PT Roti Boga Adiperkasa.

Tutup 11 gerai

Pada kuartal I 2025, Starbucks menutup 11 gerainya imbas gerakan boikot. Gerakan boikot ini muncul usai perusahaan dituding terlibat genosida yang dilakukan Israel. Sebelum adanya gerakan boikot Starbucks telah membuka 70-80 gerai setiap tahun.

Corporate Secretary PT Mitra Adiperkasa Tbk. Eva Andrianie sebelumnya mengatakan, gerakan boikot memaksa perusahaan mengurangi jumlah pembukaan gerai menjadi 10-15 toko per tahun. Tahun lalu, Starbucks juga menutup 11 toko.

“Di kuartal I tahun ini, kami juga menutup 11 toko lagi akibat dampak boikot yang masih terasa,” kata dia dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, dikutip Jumat, 4 Juli 2025.

Eva mengatakan selama tahun terakhir kedai kopi yang perseroan kelola menghadapi tantangan besar. Tantangan ini, kata Eva, bukan karena operasional, tapi informasi tidak benar yang mengaitkan Starbucks dengan konflik di Israel.

Ia pun membantah keterlibatan Starbucks dalam konflik tersebut. “Kami tegaskan, Starbucks tidak memiliki toko, karyawan, ataupun kegiatan operasional di Israel, dan memang sudah tidak ada sejak tahun 2008,” kata dia.

(sumber: TEMPO)

Komentar