Warga Kristen Palestina di Gaza telah memulai persiapan Natal di Gereja Keluarga Kudus di lingkungan Zeitoun, Kota Gaza.
Umat Kristen berjumlah sekitar 600-1000 orang, komunitas kecil ini, yang mewakili kurang dari 1% dari total populasi Gaza, terkonsentrasi di Kota Gaza dan sebagian besar berlindung di dalam kompleks dua gereja aktif: Gereja Ortodoks Yunani Santo Porphyrius (the Greek Orthodox Church of Saint Porphyrius) dan Gereja Katolik Latin Keluarga Kudus (the Holy Family Latin Catholic Church).
Gereja Ortodoks Yunani Santo Porphyrius adalah gereja tertua yang masih aktif di Kota Gaza, terletak di Distrik Zaytun di Kota Tua. Gereja ini memiliki sejarah lebih dari 1.600 tahun, dengan struktur saat ini merupakan renovasi abad ke-12 dari bangunan pendahulunya yang berasal dari abad ke-5. Gereja ini merupakan tempat perlindungan penting bagi minoritas Kristen kecil di Gaza dan juga telah menyediakan tempat berlindung bagi keluarga Muslim yang mengungsi selama konflik.
Nama: Dinamakan menurut Santo Porphyrius, yang merupakan Uskup Gaza dari sekitar tahun 395 hingga 420 M, dan makamnya terletak di dalam gereja.
Arsitektur: Bangunan gereja saat ini, yang dibangun oleh Tentara Salib Eropa, memiliki dinding batu kapur tebal dan kolom marmer dan granit.
Selama konflik yang berlangsung di wilayah tersebut, kompleks gereja telah menjadi tempat perlindungan bagi ratusan warga sipil dan menjadi sasaran serangan udara Israel dengan dalih menargetkan Hamas.
Serangan Udara Oktober 2023: Pada 19 Oktober 2023, serangan udara Israel menghantam sebuah bangunan di kompleks gereja, yang menampung para pengungsi. Setidaknya 18 warga sipil Palestina tewas dalam insiden tersebut. Bangunan gereja itu sendiri tidak rusak, tetapi aula yang berdekatan runtuh. Angkatan Udara Israel (IDF) mengkonfirmasi bahwa mereka berada di balik serangan tersebut, menyatakan bahwa targetnya adalah pusat komando Hamas, dan bahwa gereja bukanlah target yang dimaksud.
Insiden Juli 2024: Pada Juli 2024, bangunan tambahan gereja kembali menjadi sasaran rudal yang gagal meledak, sehingga mencegah korban jiwa lebih lanjut.
Patriarkat Ortodoks Yunani Yerusalem telah mengutuk keras serangan tersebut, menyebut penargetan gereja dan lembaga-lembaganya sebagai “kejahatan perang”.











Komentar