Mereka berempat ini bodoh, semua orang bisa melihat fakta itu kecuali mereka sendiri. Mengapa mereka bisa menjadi anggota DPR? Tentu saja yang bodoh di DPR bukan hanya mereka. Ada banyak lagi. Dan orang-orang bodoh adalah kaum yang mengerikan.
Pertama, orang bodoh bisa menyakiti orang lain tanpa menyadari efek dari perbuatannya. Kedua, ketika berbuat salah, ia tidak tahu di mana kesalahannya dan tidak mampu memperbaiki diri sendiri karena kebodohannya. Ketiga, jika diberi saran yang baik, ia membantah. Keempat, ia mudah dikendalikan orang lain untuk membuat kerusakan.
Tentu saja orang-orang bodoh lebih mengerikan lagi efeknya ketika menjadi anggota DPR.
- Anggota DPR yang bodoh bisa melukai rakyat lewat ucapan atau kebijakan tanpa merasa bersalah, dan tidak tahu bahwa yang ia lakukan salah.
- Mereka tidak punya kapasitas untuk memperbaiki diri sendiri. Saat aturan yang dibuatnya gagal atau merugikan, mereka tidak mampu melihat di mana letak kelirunya. Dan karena tidak mampu mengoreksi diri sendiri, mereka terus mengulang kesalahan, seperti menaikkan tunjangan saat ekonomi rakyat terpuruk.
- Mereka menolak nasihat yang baik. Kritik dari publik dianggap angin lalu atau malah dituding sebagai hasutan asing. Saran dari akademisi, aktivis, atau rakyat sendiri dipatahkan dengan pernyataan bodoh, karena mereka tidak sanggup mencerna suara rakyat.
- Mereka mudah diperalat. Ini sangat berbahaya. Mereka hanya menjadi boneka kepentingan partai atau pengusaha. Tapi karena posisi mereka strategis, kebodohan mereka dipakai untuk meloloskan kebijakan yang merusak.
Jadi, kenapa orang-orang seperti ini bisa menjadi anggota DPR?
Itu jelas malapetaka. Mereka ada di sana bukan karena kebetulan. Bukan sekadar mereka beruntung menjadi anggota DPR, meskipun mereka bodoh. Yang terjadi adalah kebodohan yang dipelihara oleh sistem politik, dijadikan alat, dan kerusakannya ditanggung oleh rakyat.
(AS Laksana)







Komentar