Melihat Ustad Khalid sebagai pebisnis

Dua hari yang lalu, Ustad Khalid Basalamah mendatangi kantor KPK untuk mengembalikan uang yang berasal dari penjualan kuota haji khusus kepada para jemaah. Uang tersebut digunakan oleh KPK sebagai “barang bukti” (barbuk) dalam penyelidikan kasus korupsi penyelenggaraan ibadah haji era si Yaqut yang kita kenal sebagai loyalis Jokowi nomor wahid.

Menanggapi kasus ini, opini netizen pun beragam. Yang pro, tentu membela ustad Khalid Basalamah, membingkai narasi seakan-akan sang ustad bersih suci tanpa noda. Yang kontra, menghujat ustad Khalid habis-habisan. Bagi haters, inilah waktu yang tepat untuk menghancurkan marwah ustad kondang tersebut.

Gue ketawa melihat dua kubu saling merangkai opini. Mirisnya, tak ada satupun yang melihat perkara ini secara objektif. Kubu A cinta mati, kubu B benci setengah mati. Dimata gue, keduanya sama-sama gak logis.

Seperti diketahui bersama, Ustad Khalid Basalamah sudah beberapa kali dipanggil KPK untuk dimintai keterangan sebagai saksi dalam kapasitasnya sebagai pemilik travel haji dan umroh. Usut punya usut, Uhud Tour punya ustad Khalid kecipratan kuota haji khusus dari kementerian agama saat dipimpin oleh si Yaqut.

Yaqut sendiri sudah dipastikan bakal dibui. Bukti dan pengakuan banyak saksi menyatakan kalo si mantan menag era Jokowi itu secara absah dan meyakinkan menjadi playmaker dalam kasus korupsi dana dan kuota haji.

Bagaimana dengan ustad Khalid Basalamah? saat diwawancarai oleh wartawan seusai diperiksa oleh KPK, saat hadir dalam beberapa acara podcast, ustad Khalid selalu mengulangi jawaban yang serupa.

“Saya ditanya (oleh penyidik KPK), ‘Ustad tahu tidak kalau visa kuota (haji khusus) ini gratis?’ Saya jawab tidak tahu. Karena selama ini visa umrah berbayar, furoda berbayar, jadi saya kira kuota haji khusus juga sama,” ucap ustad Khalid Basalamah.

Ustad Khalid juga menyebut bahwa dirinya bukan pelaku dalam kasus korupsi penyelenggaraan ibadah haji, melainkan korban dari PT. Muhibbah milik Ibnu Mas’ud.

Publik tentu bertanya. Ustad Khalid korban dari apa? Ya pungli.

Modus pungli itu dimana-mana sama. Yang gratis bisa diperjual belikan. Yang sebenarnya murah bisa dimahalin harganya. Contoh; si Noel yang menaikkan harga sertfikat K3 yang semula harganya ratusan ribu jadi jutaan. Cuannya tentu puluhan milyar.

Ustad Khalid mengaku tak tahu kalo kuota haji khusus itu sebenarnya gratis. Kalo begitu, sebagai pebisnis beliau bisa dikatakan lugu. Padahal dalam dunia bisnis, pungli bukanlah hal yang asing. Mo gelar tiker buat dagang kolor aja pasti disamperin sama preman. Belum lagi oknum birokrat yang narik retribusi ini itu.

Berkecimpung dalam bisnis apapun, kita mau gak mau harus mengetahui segala seluk beluknya. Dan di Indonesia, berbisnis tak cukup hanya bermodal uang dan kejujuran. Terlalu lugu, lu malah bisa kena tipu.

Buka bisnis dinegeri ini, mau gak mau mesti punya bekingan. Buka agen travel haji dan umroh, lebih mudah kalo punya orang dalem di kementerian agama. Dengan begitu bisa mempermudah prosedur, bisa dapat informasi lebih dulu.

Dari pengakuan ustad Khalid, kita jadi tahu kalo PT. Muhibbah milik Ibnu Mas’ud mendapat privilege dari orang dalam Kemenag yang pegang jabatan. Ibnu Mas’ud menjadi perantara oknum pejabat di Kemenag untuk menjual kuota haji khusus. Yang sebenarnya gratis, disulap jadi berbiaya ribuan dollar.

Ustad Khalid mengaku sendiri kalo selama ini ia sudah terbiasa membayar biaya ini itu kepada seseorang untuk memperoleh visa umroh, visa furoda, termasuk kuota haji khusus. Saat diperiksa oleh KPK baru ustad Khalid mengetahui kalo semua itu sejatinya gratis. Begitulah pungli. Nomenklaturnya gak ada, tapi diada-adakan dengan dalih ini itu.

Gue paham. Sebagai pebisnis, ustad Khalid tentu gak mau ribet. Sekiranya masih ada profit, maka membayar untuk mendapatkan kuota haji khusus oke-oke aja. Yang penting customer senang, sebagai pengusaha travel ustad Khalid masih dapat keuntungan. Perspektif seorang pengusaha pasti begitu.

Kasus ini bakal mudah dicerna kalo netizen tak mencampur adukkan profesi ustad Khalid Basalamah. Ia sebagai ustad tak bisa disamakan saat ia bertindak sebagai pengusaha.

Saat seorang ustad berceramah, patokannya sudah pasti Al Qur’an dan Hadits. Didalamnya hanya ada dua warna, hitam dan putih. Tak ada warna abu-abu. Benar ya benar. Salah katakan salah.

Tapi didunia bisnis, banyak sekali perkara abu-abu yang acapkali membuat rancu. Pebisnis mau tak mau bakal bersentuhan dengan yang namanya pungli, uang penglicin, beking, kenalan orang dalam.

Adakah pengusaha di Indonesia yang hanya mau berbisnis secara baku dan prosedural? Untuk memperlancar ijin usaha aja acapkali uda kena pungli. Kalo gak mau setor, ijin usaha bisa gak diterbitkan.

Pengusaha butuh tanda tangan pejabat yang berwenang. Agar segala sesuatunya berjalan cepat dan lancar, adakalanya harus diberi segepok uang. Yang kek begini uda jamak dalam dunia usaha di Indonesia. Jangan tutup mata atau pura-pura gak tahu.

Gelar tiker buat jualan kolor ditepi trotoar tanah abang. Supaya aman, lu mesti setor sejumlah uang sama preman dan ormas yang menjadi penguasa wilayah. Bisa jadi lu juga harus setoran ke sejumlah oknum birokrat dan aparat.

Mau buka bisnis travel haji dan umroh. Lu mesti sadar, menteri agama itu bukan malaikat. Apa yang mau diharapkan dari seorang manusia bernama Yaqut? Tapi suka tidak suka, saat menjabat sebagai menteri, tanda tangannya bernilai tinggi. Sebagai pengusaha travel, mau gak mau lu mesti deketin orang disekelilingnya, berharap agar bisnis dipermudah. Bila perlu sodorkan amplop. Makin tebal amplop yang disodorkan oleh seorang pengusaha, maka bisnisnya pun semakin lancar.

Mau bisnis tambang? Lu mesti siapin modal dan jaringan yang tepat. Situ percaya kalo modelan orang kayak Bahlil itu punya sifat kayak Nabi Muhammad? Ya maaf, gue mah kagak. Wkwkwkwkwk…..

Begitulah iklim usaha di Indonesia. Pungli, amplop penglicin, uang rokok adalah hal yang jamak.

Dan ketika ustad Khalid berkecimpung sebagai pengusaha travel haji dan umroh, mau tidak mau ia harus mengakrabkan diri dengan segala kebobrokan yang terjadi. Kalo gak gitu, bisnisnya bisa dipastikan gak panjang umur.

Gue suka dengan ceramah ustad Khalid Basalamah karena sarat dengan ilmu agama. Cara penyampaiannya santun dan enak didengar. Tapi dalam konteks pemanggilannya oleh KPK sebagai saksi kasus korupsi dikementerian agama, kita harus melihat sosoknya sebagai pengusaha murni, bukan ulama yang menyampaikan kalam ilahi.

(✍️Ruby Kay)

Komentar