Lihat kebunku penuh dengan Sawit

Entah sudah berapa miliar pohon ditebang demi menciptakan kebun kelapa Sawit. Kalau menurut data resmi, luas kebun Sawit di Riau lebih dari 3,4 juta hektar atau sekitar 40% seluruh wilayah provinsi. Ini yang resmi, yang tidak resmi ya tidak tahu, bisa jadi lebih mengerikan.

Di Sumut, luas kebun Sawit resmi adalah 2 juta hektar. Sedangkan di Aceh luasnya telah menembus 500 ribu hektar. Katanya sih segitu, luas sebenarnya siapa yang tahu.

Secara total di 3 provinsi ini saja luas kebun Sawit sudah mencapai 5,9 juta hektar. Lebih luas dari gabungan seluruh taman nasional di pulau Sumatera yang luasnya cuma 3,7 juta hektar.

Yang jadi pertanyaan, sebelum jadi kebun Sawit, lahan-lahan ini kan ditumbuhi pohon dan segala vegetasi. Itu kayunya kemana?

Setelah saya cari-cari tak ketemu data kayu hasil pembukaan hutan, artinya nilai penjualan kayu lahan sebelum jadi kebun Sawit gelap gulita.

Ok lupakan kayu. Sekarang kebun Sawit sudah dibuka selebar lebarnya. Apa manfaat yang didapat oleh rakyat Sumatera secara khusus dan rakyat Indonesia secara umum? Apakah kita ikut menikmati harga minyak Sawit yang murah?

Sama sekali tidak.

Kita membeli minyak seharga rata-rata Rp 19-21 ribu per liter dalam 7 tahun terakhir. Bahkan MinyakKita yang diklaim sebagai kewajiban untuk memenuhi pasar dalam negeri pun harga di kios-kios harganya mencapai Rp 16-18 ribu per liter.

Dan tahu tidak, saya pernah ketemu orang yang berkutat di dunia pemasaran minyak goreng. Katanya dijual seliter 9000 pun sudah untung. Tidak jauh lah dengan minyak goreng subsidi di Malaysia.

Jadi yang kalian alami hari ini, hutan dihilangkan. Hasil dari penghilangan hutan itupun tak rakyat nikmati. Hasil kebun yang ditanam di bekas hutan itupun bukan rakyat yang nikmati, karena rakyat tetap beli minyak goreng saja 2x lebih mahal daripada harga di Malaysia.

Mereka menanam di atas tanah milik rakyat, milik Harimau, Badak, Gajah dll. Tapi minyak goreng yang dijual ke rakyat dipaksa mendekati harga pasar dunia.

Nah sekarang yang kena banjir rakyat pula.

OK lah, Sawit telah menopang ekonomi nasional dalam 10 tahun terakhir, tapi harus adil. Ganti rugi pemulihan lingkungan. Dimana 30% hasil bersih kebun Sawit harus dijadikan Endowment untuk pemulihan lahan di masa depan.

Ingat, ketika di masa depan ditemukan ditemukan tanaman lain yang lebih efisien dan ramah lingkungan, harga minyak Sawit akan anjlok dan kiamat kebun Sawit terjadi. Belum lagi dampak perubahan iklim nanti makin berat.

Jangan sampai seperti Nauru, mereka dulu menghancurkan alam negara demi menggali Fosfat, uang dipakai foya-foya kalangan tertentu, begitu harga Fosfat anjlok dan cadangan habis, cuma bisa nelangsa.

(Pega Aji Sitama)

Komentar